Sekarang ini permainan tradisional yang dilakukan di lingkungan sekolah sudah jarang dilihat, bahkan hampir punah. Kepunahan tersebut dibarengi dengan pesatnya perkembangan teknologi yang bisa saja membumihanguskan budaya lokal yang telah berkembang secara turun temurun pada jamannya. Hal ini dapat berakibat banyak siswa yang hanya tau nama permainannya, namun tidak dapat memainkan.
Melihat latar belakang tersebut, lalu upaya apakah yang dapat dilakukan sebagai pendidik agar ancaman kepunahan permainan tradisional tersebut tidak terjadi ? Salah satu diantaranya yaitu, dengan membudayakan, membangkitkan, mengenalkan, dan memainkan kembali permainan tradisional tersebut, karena didalam permainan tradisional tersebut terkandung makna yang sangat dalam dan dinilai masih tetap relevan dengan gerakan moral dan revolusi mental yang sedang digalakkan terutama dalam bidang pendidikan.
Adapun contoh permainan tradisional antara lain : Petak Umpet, Bola Bekel, Lompat Tali, Egrang, Gobak Sodor, Bentik, Ular Naga, Bentengan, Cublak-Cublak Suweng, Engklek, dan masih banyak lagi permainan tradisional yang lain. Adapun maksud dan tujuan yang terdapat dalam permainan tradisional tersebut, yaitu 1). Melatih anak untuk kerja sama, 2). Melatih untuk proses penyesuaian diri, 3). Melatih anak belajar proses interaksi dengan lingkungan, 4). Melatih proses memahami dan menaati peraturan, 5). Melatih peningkatan kepekaan untuk menghargai sesama.
Permainan tradisional adalah salah satu materi yang diajarkan di SMAN 2 Kudus pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan kelas X bab kekayaan budaya lokal. Permainan tradisional ini memberikan ruang bagi murid untuk berkreasi dan terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran.
Dengan bermain permainan tradisional, siswa dapat bermain bersama di luar ruangan sekaligus melestarikan permainan tradisional yang sudah mulai dilupakan. Lewat permainan tradisional tersebut, para siswa diajak untuk saling kerja sama dan berkompetisi secara sehat.
Sebagai contoh permainan tradisinonal yaitu Bentik. Permainan Bentik dilakukan dengan sebuah patahan ranting pohon atau kayu kecil yang pendek. Sebelum permainan dimulai, pemain melakukan hompimpah untuk mendapatkan giliran pertama. Permainan dimulai dengan mendorong tongkat yang dipasang secara melintang pada sebuah lubang.
Pemain menyebutnya dengan gerakan “mencuthat”. Apabila tongkat melambung dan pemain lawan dapat menangkapnya, maka ia akan mendapat poin. Pemain dengan poin tertinggi keluar sebagai pemenang.
Dengan permainan tradisional tersebut, anak-anak akan tertarik, terhibur, dan tertantang kembali terhadap materi pembelajaran, begitu pula kita sebagai pendidik dapat memberikan pesan-pesan moral sebagai penanaman budi pekerti, penanaman karakter yang baik melalui permainan tradisional tersebut.
Hanidyah Sukmawati, S.Kom
SMAN 2 Kudus