Lamban belajar adalah kesulitan seseorang untuk memahami satu pelajaran dengan cepat dan sesuai menurut Murtie(2014: 163). Biasanya lamban belajar dialami oleh anak yang memiliki tingkat intelegensi 75-90, pada tingkatan ini anak-anak tersebut memang tidak termasuk ke dalam golongan retardasi mental, namun kemampuan mereka untuk menangkap materi pelajaran terutama di sekolah berada di bawah anak-anak lain yang memiliki tingkat intelegensi normal atau diatas 91.Mereka sedikit berbeda dengan anak-anak lainnya, sehingga membutuhkan kebutuhan khusus dalam proses belajarnya. Seperti yang terjadi di SD N Bandungrejo yang mana termasuk kategori sekolah Inklusi.
Sekolah yang memiliki anak berkebutuhan khusus sebagai siswanya disebut dengan sekolah inklusi. Seperti menurut Aziz (2006: 44) kesulitan belajar, baik kesulitan belajar dalam bahasa, matematika, menulis, maupun membaca, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri dan social penderitanya. Anak yang termasuk dalam ABK lamban belajar ini harus mendapat perhatian khusus dari guru, orangtua, maupun orang di lingkungan sekitarnya. Apalagi dalam pembelajaran di dalam kelas, anak-anak seperti ini perlu adanya pendampingan khusus dari guru kelasnya atau guru pendamping khusus. Guru pendamping khusus ini sangat dibutuhkan dan akan sangat membantu anak dalam belajar di kelas. Karakteristik anak lamban belajar antara lain anak mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi. Agar motivasi belajar pada anak berkebutuhan khusus tetap ada, guru harus mempunyai teknik sendiri dalam menangani anak yang berkebutuhan khusus secara individual.
Motivasi belajar adalah keadaan yang terdapat pada diri individu dimana ada dorongan
Untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.Anak berkebutuhan khusus juga memiliki motivasi belajar yang mengalami fluktuasi tergantung dengan faktor yang mempengaruhinya. Anak berkebutuhan khusus memiliki kebetuhan-kebutuhan yang terpenuhi dan setelahnya akan memunculkan motivasi belajar. Peran guru pendamping khusus (GPK) dan konselor dalam upaya membantu danmeningkatkan motivasi belajar anak berkebutuhan khusus dalam sekolah inklusi. Dua jenis kebutuhan ABK berupa kebutuhan dasar (deficiencymotivation)
Dan kebutuhan untuk berkembang (growthmotivation). Peranan kolaborasi antar guru pendamping khusus dan guru BK sangat penting dalam upaya ikut meningkatkan motivasi belajar ABK dan efektivitas belajar di sekolah inklusi. Guru pendamping khusus dan guru kelas berfungsi sebagai penghubung kepada siswa lain, guru kelas orang tua ABK, orangtua siswa dan seluruh komponen lainnya. Selain itu,
Guru pendamping khusus dan guru kelas menerima sharing dari ABK mengenai kesulitan belajar dan masalah pribadi lainnya, agar tercapai perkembangan secara maksima.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memang berbeda dengan anak normal pada umumnya, baik dari segi fisik, mental, maupun secara pemikiran. Meskipun demikian, ABK harus memiliki kesamaan perlakuan seperti yang telah anak-anak normal rasakan, tidak terkecuali dalam masalah pendidikan. Pendidikan adalah salah satu modal utama untuk semua anak, tidak hanya untuk anak normal, ABK pun juga membutuhkan pendidikan untuk modal hidupnya agar tetap bertahan dan dapat bersaing dengan lingkungan sekitarnya yang terkadang sulit untuk ditebak. Pendidikan untuk ABK yang melalui pendidikan khusus saat
Ini minim sekali. Untuk anak yang mengalami masalah ketunaan saja, masih sekitar 20% dari 346.800 anak lebih yang bisa mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah khusus. Maka SD Negeri Bandungrejo secara tidak langsung ikut berperan dalam membantu anak-anak sekitar lingkungan sekolah tersebut, untuk mendapatkan hak pendidikan secara umum.
Oleh : Misti Haryani, S.Pd.SD
Guru SD Negeri Bandungrejo, Bayan, Purworejo