JATENGPOS.CO.ID, – Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam konsep umum sering kali dipandang sebagai mata pelajaran hafalan yang membosankan, Saat ini banyak siswa yang hanya menerima begitu saja pengajaran IPS di sekolah.
Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, metodeyang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.
Ditambah lagi dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang cenderung merasa bosan sehingga tidak tertarik lagi untuk mengikuti pelajaran tersebut. Pelajaran IPS berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, sehingga pemahamannya membutuhkan daya nalar yang tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan ketekunan, keuletan, perhatian, dan motivasi yang tinggi untuk memahami materi pelajaran IPS.
Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitupemahaman siswa terhadap materi rendah, guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga, metode pembelajaran terlalu monoton/klasikal, siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran, bebarapa anak cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru.
Berdasarkan refleksi diri, kajian berbagai dokumen dan diskusi dengan teman sejawat serta bertanya kepada Kepala Sekolah, faktor rendahnya tingkat pemahaman dan interaksi siswa dalam proses pembelajaran adalah guru dalam mengajar masih cenderung menggunakan pembelajaran konvensional yakni ceramah dan tanya jawab serta pembelajarannya masih didominasi oleh guru dan sedikit melibatkan siswa.
Dari analisa kemungkinan-kemungkinan penyebab masalah di atas, maka perlu dicari alternative pemecahan masalahnya. Ada tiga kunci penyebab rendahnya hasil belajar siswa, yaitu metode pembelajaran, alat peraga, dan pendekatan pembelajaran. Oleh karena itu peneliti mencoba menciptakan cara baru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode berfarasi. Untuk meningkatkan hasil belajar, peneliti mencoba menerapkan suatu model pembelajaran yaitu Pembelajaran Koper Tipis.
Koper Tipis merupakan singkatan dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Jigsaw telah dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasanan gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
Pembelajaran Koper Tipis adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggungjawab ats penguasaan materi belajar dan mampu mengerjakan materi tersebut pada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
Pada model pembelajaran Koper Tipis, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belaang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Dengan pembelajaran ini diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS memberikan kontribusi pada siswa sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS meningkat.
ICUK INDRIYANI, S.Pd.SD
SD Negeri 1 Tanjunganom