Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan negara Indonesia dan merupakan bahasa pengantar dalam percakapan sehari-hari selain bahasa Jawa. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang di ujikan dalam ujian akhir sekolah (US) di SD. Mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak semudah yang kita bayangkan walaupun bahasa Indonesia sering kita gunakan dan bukan bahasa yang asing lagi bagi kita.
Seorang guru mengajarkan bahasa Indonesia dikelas dengan mempergunakan bahasa daerah yang dikuasai anak dan menggunakan bahasa Indonesia agar terjadi hubungan yang komunikatif antara guru dengan siswa. Pada kenyataanya tidak sedikit siswa Sekolah Dasar Negeri Pucangrejo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal yang nilainya jatuh pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain hal itu, murid-murid pada menganggap remeh mata pelajaran bahasa Indonesia karena mereka banyak yang menganggap bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sering mereka gunakan dan tidak perlu dipelajari lagi. Di sebagian siswa, pembelajaran Bahasa Indonesia sangat mebosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah dalam penangkapan materi tersebut.
Untuk itu perlu suatu metode yang mampu memberikan gambaran nyata sekaligus siswa mudah memahaminya. Maka guru harus memilih metode yang tepat untuk menyampaikan materi serta membuat anak mempunyai motivasi yang tinggi. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV dengan materi mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi, guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran.
Bermain dapat diartikan sebagai suatu kegiatan melakukan gerakan-gerakan berjalan, melompat, memanjat, berlari, merangkak, berayun dan lain sebagainya. Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru melakukan pembelajaran dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Jadi metode bermain adalah suatu metode pembelajaran dengan cara melakukan gerakan-gerakan fisik atau jasmani anak dalam rangka mengembangkan otot-otot.
Menurut Lilis Suryani (2008: 109), bermain peran adalah memerankan karakter atau tingkah laku dalam pengulangan kejadian yang diulang kembali, kejadian masa depan, kejadian yang masa kini yang penting, atau situasi imajinatif. Anak-anak pemeran mencoba untuk menjadi orang lain dengan memahami peran untuk menghayati tokoh yang diperankan sesuai dengna karakter dan motivasi yang dibentuk pada tokoh yang telah ditentukan.
Langkah-langkah pembelajaran pada metode bermain peran adalah pemanasan, memilih partisipan, memainkan peran, diskusi dan evaluasi. Dalam tahap pemanasan, guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan sehingga permasalahan lebih jelas. Pada tahap memilih partisipan, guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dan terakhir guru berdiskusi dan mengevaluasi setiap peran. Dengan cara ini, siswa akan menemukan pengalaman baru dan akan belajar tentang kehidupan yang tak kalah pentingnya dengan bermain peran ini, siswa akan lebih bersemangat, senang dan lebih aktif dalam belajar sehinggga siswa dapat menyerap materi dan tentunya tujuan pembelajaran pun akan tercapai.
Melalui metode bermain peran diharapkan siswa lebih aktif dan lebih termotivasi dalam mengikuti pelajaran bahasa indonesia. Siswa lebih dapat menguasai materi dengan baik karena dengan bermain peran siswa dapat meneragakan tokoh dalam cerita, menjiwai perannya dan belajar berdialog dengan ucapan, intonasi yang tepat dan memupuk rasa percaya diri dalam diri anak serta lebih menguasai materi dengan baik.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia bukanlah pembelajaran yang mebosankan lagi. Guru menerapkan metode bermain peran dalam materi mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi. Dengan metode tersebut siswa lebih aktif, menguasai materi dan suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi pembelajaran yang asyik di SDN Pucangrejo.
Siti Nur Arifah, S.Pd.
Guru SDN Pucangrejo Kecamatan Gemuh kabupaten Kendal