Siswa adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa akan menjadi faktor penentu, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Jadi dalam proses pembelajaran yang diperhatikan pertama kali adalah siswa. Proses pembelajaran dikatakan efektif bila peserta didik secara aktif ikut terlibat langsung dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan), sehingga mereka tidak hanya menerima secara pasif pengetahuan yang diberikan oleh guru.
           Tugas seorang guru adalah mengembangkan dan menyediakan kondisi agar peserta didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Menurut Nasution (2005), aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rohani. Dalam proses pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus selalu terkait. Seorang peserta didik akan berpikir selama ia berbuat. Tanpa perbuatan maka peserta didik tidak berfikir. Oleh karena itu agar peserta didik aktif berfikir maka peserta didik harus diberi kesempatan untuk berbuat atau beraktivitas.
           Dalam materi Kisah Keteladanan Walisongo, guru dapat menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI). Arifin dan Afandi (2015) mengungkapkan bahwa Group Investigation merupakan pembelajaran dimana siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik/sub topik maupun cara untuk pembelajaran secara investigasi.
           Model ini menuntut para siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dalam arti bahwa pembelajaran investigasi kelompok itu metode yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informan) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia misalnya dari buku pelajaran, masyarakat, atau internet. Group Investigation (GI) dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
           Adapun langkah-langkah yang dilakukan guru ketika menerapkan model pembelajaran Group Investigation (GI) materi Kisah Keteladanan Walisongo, sebagai berikut: guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi yakni kisah keteladanan satu tokoh Walisongo. Setiap kelompok memiliki tugas tokoh Walisongo yang berbeda dari kelompok lain. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan dan solusi. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan. Evaluasi dan penutup.
           Pembelajaran kooperatif model Group Investigation ini terbukti unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa Kelas 4 SD Negeri 02 Semingkir Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang dibandingkan dengan model-model pembelajaran individual yang biasa digunakan. Unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan adanya rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana. Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi aktif, lebih bersemangat, dan berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran kooperatif model ini juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat, dan lebih termotivasi.
Oleh   : Subekhi, S.Pd.I
Guru PAI SD Negeri 02 Semingkir
Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang