Belajar Menari Jawa Klasik Tingkatkan Kesabaran dan Perasanya Siswa

         Menari adalah menggerakan  tubuh dengan iringan musik,baik musik modern ataupun musik tradisional.Menari  dalam  filosofi Jawa, mengandung unsur wirama, wiraga dan wirasa.

Wirama adalah  gerakan tubuh saat menari diselaraskan dengan  iringan  yang harmonis, sehingga membuat gerakan dapat lebih dinikmati keindahannya.

Wiraga adalah, adalah gerakan tubuh para penari, yang lemah gemulai. Wirasa adalah rasa yang timbul, atau penjiwaan, penghayatan dan pengekspresian  seorang  penari pada saat menarikan tariannya .

                Tari Jawa adalah  tarian yang tercipta dan dipengaruhi oleh budaya Jawa.Budaya Jawa yang menciptakan tarian , biasanya berpusat dari kraton, dalam hal ini adalah Kraton Surakarta dan Yogyakarta.Sehingga pada tari Jawa  mengandung konsep etis Jawa yang senantiasa mengutamakan ketenangan,  keseimbangan, kehalusan rasa, keselarasan dan harmonis dengan alam.


                Bagi masyrakat Jawa, terutama di kalangan bangsawan dan kerabat keraton, tari tidak hanya pewarisan kebudayaan, melainkan  sebuah cara pewarisan pengetahuan dan nilai-nilai yang berkembang sepanjang  peradaban.

Baca juga:  Hargai Profesi Guru Sekarang

                Saat belajar menari,komunikasi antara  penari junior  dengan senior terjadi , dan pada saat itu terjadi pewarisan nilai saling menghormati, dan tenggang rasa.Selain itu, gerakan tari yang penuh makna itu juga  haruslah dipahami oleh seorang penari.

                Tari gaya solo atau Surakarta, memiliki karakter yang khas.Tariannya diambil dari gerakan alam yang mbanyu mili, halus dan  berpegang  pada  dua aspek yaitu adeg dan solah.Dari karakter seperti inilah , maka  seseorang yang menari Jawa klasik dituntut untuk dapat memahami  dan  mengekspresikan  tarian yang  mereka  peragakan.

                Dari gerakan tubuh yang halus ,mbanyu mili itu, seorang  yang  belajar  tari Jawa Klasik diharapkan   dapat melatih  rasa  kesabaran  yang  tinggi,dan melatih  kehalusan perasaan  seorang  penari. Karena  selain  seorang  penari  harus mengikuti  irama tarian, wirasa dari  tarian pun akan dilatih  dalam  semua gerakannya. Berbeda dengan tari kreasi baru, ataupun tarian yang berbau  dance luar negeri.Biasanya iringan dari  tari  kreasi  lebih  sigrak, gerakannya pun tak harus mbanyu mili  seperti  tari Jawa Klasik .

Baca juga:  Metalgo Sebagai Media Menggambar Bangunan

                Oleh  karena  itu, agar kepekaan rasa  dan  kesabaran siswa kita  bertambah, dapat kita latih salah satunya  dengan  belajar  tari Jawa Klasik gaya Surakarta. Terutama tari  dasar dari tari gaya Surakarta, yakni  Tari Rantaya. Pada tarian ini  siswa dilatih  untuk menari dasar-dasar  tari Jawa yang halus, dengan  penuh kesabaran  dan kepekaan  rasa.Tetapi  jika hal ini siswa dapat melakukan dengan baik dan betul, mereka  akan menjadi pribadi  yang lebih  sabar  dan memiliki  pribadi yang  punya kepekaan rasa  terhadap lingkungan,  jika mereka betul-betul paham akan latihan menarinya.

                Ini  adalah cara sederhana  yang   dapat kita latihkan  kepada siswa, mengingat  saat ini  hampir  di  semua kalangan masyrakat Indonesia  kehilangan rasa sabar dalam berbagai hal.Contohnya saja, sekarang ini yang  namanya  budaya antri bagi kita hampir  terkikis.Mereka  saling berdesakan untuk dapat  apa yang mereka  tuju tanpa mau antri lebih dahulu. Selain itu, di kalangan remaja, hampir setiap hari ada  yang tawuran, dikarenakan hal yang sepele.

Baca juga:  Dinamika Partikel “DASI UNSI” Pop up Box Tingkatkan Prestasi Belajar

                Mungkin  dengan  cara melatih kehalusan  rasa dan kesabaran mereka  generasi mudalah , hal ini dapat teratasi, agar  negara  kita menjadi negara yang  betul-betul seperti tujuan para pendiri negara.

 

Oleh : Siti Harilah, S.Pd.

Guru SDN 1 Ketileng, Kec. Todanan, Kab. Blora.