Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang dirasakan berat oleh siswa. Terutama ketika siswa mulai membuat suatu tulisan. Meskipun menulis sering dihadapi oleh siswa namun ketika hendak mulai menulis masih banyak mengalami kesulitan. Sebenarnya menulis puisi itu mudah tidak sesulit menulis karya sastra lainnya. Dalam menulis puisi, penulis tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu. Meskipun demikian, dalam menulis puisi kita harus memperhatikan pilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan serta memperhatikan persajakan atau persamaan bunyi. Walaupun menulis puisi dirasa mudah, tetapi bagi siswa kelas lima SDN 1 Tanjunganom terasa sulit dan kurang menarik. Untuk meningkatkan motivasi dan ketrampilan menulis puisi maka penulis menerapkan model pembelajaran Corita. Corita ini merupakan akronim dari Cooperative Write Around.
Dengan menggunakan model Corita diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan ketrampilan siswa dalam menulis puisi dan mengubah perilaku siswa ke arah positif, yaitu dengan memperhatikan arahan dan penjelasan guru karena siswa selalu mendapat bimbingan dari guru. Mata pelajaran Bahasa Indonesia jenjang tingkat sekolah dasar kelas 5.
Menurut Sayuti (1995:12) puisi merupakan hasil kreativitas manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang mempunyai makna. Namun demikian tidak semua susunan kata tersebut disebut puisi, saat kita mengucapkan atau manulis sebuah kalimat, kita pun berusaha menyusun kata yang bermakna, akan tetapi kalimat tersebut bukanlah puisi. Memang mungkin saja orang menilai bahwa kalimat yang kita hasilkan tersebut sebagai kalimat Yang puitis, namun kalimat puitis tidak identik dengan puisi. Ketrampilan menulis puisi adalah kegiatan yang dilakukan dan ditandai oleh kemampunnya untuk menghasilkan puisi denga kualitas yang tinggi dengan tingkat keajegan yang relative tepat, pembelajaran yang efektif bila dilakukan secara berulang-ulang maka ketrampilan baru akan diperoleh.
Maka sangat tepat kalau materi menulis puisi ini menggunakan metode corita atau cooperative write around. Seperti kita ketahui model-model pembelajaran cooperative bertitik tumpu pada kerja sama siswa untuk pancapaian mutu pembelajaran yang lebih baik. Adanya siswa aktif menjadi tuntutan utama dalam pembelajaran corita. Metode corita dapat menimbulkan rasa gotong royong yang tinggi, tidak membeda-bedakan antar ras dan intelegensi, melatih siswa berpikir aktif dan kreatif.
Inti pelaksanaan metode corita terletak pada pada proses berputarnya kertas dalam menampung tulisan hasil pengembangan gagasan pokok dan ide-ide dari tiap-tiap anggota kelompok hingga membentuk sebuah puisi. Langkah-langkah pembelajaran corita (cooperative write around Yaitu: guru membagi siswa dalam kelompok, guru memberikan gagasan pokok, kemudian guru memberikan sebuah larik pembuka, mintalah semua siswa dalam kelompok untu membuat satu larik puisi yang sesuai dengan gagasan pokok, setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh hasil tulisa berupa puisi, selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk mengedit bagian-bagian terahir, dan yang terahir membagi hasil tulisan tersebut pada setiap anggotanya.
Setelah menggunakan metode corita, materi menulis puisi yang tadinya dirasa siswa suatu materi yang memusingkan karena harus bisa mengungkapkan imajinasi kedalam bentuk kalimat, sekarang materi menulis puisi menjadi materi yang sangat menyenangkan.
Salah satu manfaat dari penerapan metode corita yaitu anak-anak jadi antusias menulis puisi yang efeknya ke sekolah adalah pada pojok majalah dinding sekolah penuh dengan karya puisi anak.
Icuk Indriyani, S.Pd.SD
SD N 1 Tanjunganom