JATENGPOS.CO.ID , SALATIGA– Plastik menjadi salah satu sampah yang jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut laporan PBB, setiap tahunnya plastik membunuh satu juta burung laut, 100 ribu mamalia laut, serta ikan dan penyu yang tak terhingga jumlahnya. Krisis sampah plastik ini menjadi keresahan tersendiri bagi tiga mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang tergabung dalam tim inovator CASPEEA.
Belum lama ini, tim inovator CASPEEA yang terdiri dari I Gede Kesha Aditya Kameswara, M. Sulthan Arkana, keduanya mahasiswa program studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika (FSM). Serta Pambayun Pulung Manekung Stri Sinandang mahasiswi prodi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) UKSW mengembangkan sebuah produk bioplastik berbahan dasar kulit singkong.
Dipilihnya kulit singkong, menurut Kesha lantaran kulit singkong yang mengandung sekitar 60% polisakarida berupa pati hanya menjadi limbah dan belum banyak dimanfaatkan.
Indonesia sebagai salah satu produsen singkong terbesar di dunia dengan kapasitas produksi mencapai 21 juta ton setiap tahun dikatakannya menjadikan kulit singkong sebagai kandidat kuat sebagai bahan utama pembuatan bioplastik karena memiliki keberlangsungan (sustainability) yang baik.
Untuk kemampuan terurainya, Kesha menyebut bioplastik yang mereka hasilkan dapat terurai sebesar 34,56% selama 3 hari waktu penimbunan didalam tanah, sedangkan produk kompetitor hanya sebesar 18% adapun plastik biasa tidak dapat terurai sama sekali.
“Proses produksi dari bioplastik CASPEEA ini pun terbilang mudah karena tidak memerlukan alat canggih. Proses produksinya dilakukan dengan merendam kulit singkong kedalam larutan garam CR (Cyano Reduction) untuk menghilangkan sianida yang terdapat pada kulit singkong,” katanya.
Kemudian proses berikutnya adalah mengeringkan sekaligus menghaluskan kulit singkong tersebut hingga bentuknya berubah menjadi tepung. Adapun tepung kulit singkong kemudian dicampurkan dengan asam laktat untuk meningkatkan ketahanan terhadap panas (fire resistant).
Setelah itu campuran tersebut dicuci dengan aseton untuk memperoleh butiran bioplastik. Selanjutnya, butiran dicampurkan dengan polivinil alkohol (PVA) dan bahan penambah lainnya untuk memproduksi bioplastik yang memiliki nilai kuat tarik yang tinggi.
Dari hasil inovasi tersebut, ketiga mahasiswa yang saat ini masih aktif berkuliah tersebut berhasil menyumbangkan medali perak bagi UKSW pada ajang “Thailand Inventor’s Day 2020” di Bangkok International Trade and Exhibition Center (BITEC), Bangkok, Thailand pada 2-6 Februari lalu.(deb/sgt)