Bermain kartu saat kegiatan belajar mengajar? Bolehkah hal ini dilakukan oleh anak saat pembelajaran? Bukankah hal itu termasuk perbuatan yang dilarang, baik dari sudut padang agama maupun dari sudut pandang sosial kemasyarakatan? Stop! Jangan dulu negatif thinking mengenai bermain kartu. Kalau bermain kartu dalam arti berjudi dengan uang taruhan, itu memang dilarang. Tapi di sini bermain kartu yang akan kita bahas hanya sebuah permainan saja.
Hampir setiap orang senang dengan permainan. Bentuk permainan bisa bermacam-macam, salah satunya adalah bermain kartu. Dalam bermain kartu, alat yang harus tersedia adalah kartu. Selain itu dalam bermain kartu hanya bisa dilaksanakan dengan bersama-sama, sehingga membutuhkan banyak orang. Hal inilah yang membuat permainan ini menjadi lebih menarik. Lalu bagaimana bermain kartu bisa meningkatkan motivasi belajar IPS.
Kita belajar dari pengalaman saat sekolah dulu, hampir semua sepakat bahwa IPS adalah pelajaran yang membosankan. Saat ini mungkin ketika kita bertanya kepada siswa kita, akan mendapatkan jawaban yang sama. IPS terkesan membosankan karena materinya sangat luas dan pada umumnya berupa hafalan. Pembelajaran IPS akan semakin terasa membosankan manakala dilaksanakan dengan metode pembelajaran yang kurang menarik. Dengan demikian perlu kreavitas dari kita selaku guru agar belajar IPS menjadi lebih menyenangkan.
Bermain kartu bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran agar lebih menarik. Langkah-langkahya; yang pertama sebelum proses pembelajaran kita siapkan materi yang akan disampaikan ke anak. Misalnya kita akan menyampaikan materi identitas negara-negara anggota ASEAN. Kita mempersiapkan kertas yang cukup tebal misal kertas karton. Kertas dipotong-potong dengan ukuran yang sama, misalnya 7 x 9 cm. Usahakan kertas yang digunakan berwarna menarik. Kartu-kartu tersebut kemudian diisi identitas negara-negara anggota ASEAN. Pilih identitas-identitas utama saja, misal kita ambil empat identitas, ibukota negara, bentuk negara/pemerintahan, mata uang, bendera negara. Akan lebih menarik lagi bila isian identitas dalam bentuk gambar yang disertai dengan keterangan.
Langkah berikutnya adalah saat proses pembelajaran. Anak di bagi dalam beberapa kelompok (maksimal 10 kelompok), tiap kelompok minimal 3 anak, maksimal 5 anak. Pengaturan tempat duduk dibuat melingkar; posisi guru di tengah untuk membagikan kartu dan mengatur jalannya permainan. Tugas tiap kelompok adalah mengumpulkan empat kartu yang merupakan identitas salah satu negara.
Setelah semua siap, tiap kelompok mendapatkan empat kartu secara acak. Kemudian tiap kelompok berdiskusi untuk menentukan identitas negara mana yang akan dipilih. Kartu yang masih tersisa diletakkan di tengah dalam posisi tertutup dalam satu tumpukan. Selanjutnya, kelompok satu mengambil satu kartu yang masih tersisa yang berada di posisi paling atas, dan membuang salah satu yang telah dimiliki dalam keadaan terbuka. Mulai dari kelompok dua boleh mengambil kartu yang tertutup atau terbuka dan membuang salah satu kartu yang dimiliki, sehingga setiap kelompok tetap membawa empat kartu. Begitu terus hingga semua kelompok berhasil mengumpulkan identitas negara-negara ASEAN. Untuk menambah semangat dalam permainan, sebelumnya perlu diinformasikan bahwa bagi kelompok yang berhasil mengumpulkan identitas salah satu negara anggota ASEAN lebih awal akan mendapatkan reward. Reward bisa berupa nilai atau barang tertentu.
Dengan permainan seperti ini anak akan lebih senang dan bersemangat dalam proses pembelajaran. Bila pembelajaran dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan maka anak akan lebih mudah untuk menyerap materi yang diajarkan. Bahkan tidak menutup kemungkinan anak akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi berikutnya karena adanya pengalaman belajar yang menyenangkan. Maka, mari kita tingkatkan kemampuan sebagai guru untuk mengelola kelas dengan baik, sehingga kesan mata pelajaran IPS membosankan akan hilang.
Sri Mulyani, S.Pd.
Guru SMP Negeri 1 Tirtomoyo, Wonogiri