Dalam perkembangan teknologi yang serba canggih, besar sekali pengaruhnya terhadap dunia pendidikan. Tidak luput terhadap perkembangan sikap dan sifat siswa yang juga semakin kritis. Dari segi tersebut kadang kala kita temui berbagai kendala pada saat dalam kegiatan belajar mengajar. Bukan hanya pada usia anak di kelas tinggi, juga berpengaruh pada masa perkembangan emas (golden age) dimana usia anak masih duduk di kelas I sampai III.
Pada masa kini siswa cenderung muncul emosi yang terkedepankan bukan kesabaran dan ketelitian dalam pengambilan keputusan. Imbasnya berpengaruh terhadap kebutuhan yang serba instan. Rasa menimbang dan kekeluargaan dan toleransi yang semakin tersingkirkan. Kurikulum Merdeka secara garis besar mengedepankan Profil Pelajar Pancasila.Sehingga dalam penerapan bermain peran dapat merubah paradigma baru dalam proses belajar siswa sebagai penguat dalam tujuan kurikulum.
Metode bermain peran adalah berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis.Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang di gunakan unutk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berfikir orang lain (Depdikbud, 1964:171).
Dari beberapa pengertian Bermain Peran atau Role Playing di atas dapat disimpulkan bahwa bermain peran adalah suatu kegiatan menyenangkan yang di dalamnya melakukan perbuatan-perbuatan yaitu gerakan-gerakan wajah (ekspresi) sesuai apa yang diceritakan.Namun yang penting untuk diingat bahwa bermain peran yang dikembangkan di Sekolah Dasar adalah kegiatan sebagai media bermain peran. Kemampuan berperan di sini meliputi kemampuan menghayati emosi, kesukaan,kesedihan dan kebiasaan lain dari tokoh yang diperankan.Kemudian penghayatan terhadap mimik,gerak tubuh,intonasi suara yang dimiliki tokoh.
Tujuan dari penggunaan metode bermain peran adalah untuk motivasi siswa, menarik minat dan perhatian siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi dimana mereka mengalami emosi, perbedaan pendapat dan permasalahan dalam lingkungan kehidupan sosial anak, menarik siswa untuk bertanya, mengembangkan kemampuan komusikasi siswa,dan melatih siswa untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata.
Dalam penerapan metode bermain peran untuk kelas III SD dapat mengambil cerita yang sifatnya senang dan menarik. Mengambil dari berbagai cerita bergambar atupun cerita berseri.Tema maupun topik yang masih lugas dan menarik minat baca siswa. Sehingga siswa rajin dan selalu memanfaatkan media baca yang sudah tersedia di perpustakaan sekolah.
Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas. Dengan demikian siswa akan selalu mencari informasi sehingga minat dan daya baca yang semakin tinggi.
Oleh
Kelik Mustofa, S.Pd.SD
Guru SD Negeri 1 Patutrejo
Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo