Sekolah tidak hanya mencetak siswa menjadi pandai dan terampil, tetapi juga mempunyai peranan yang amat penting dalam mendidik dan membimbing siswa memiliki kepribadian yang berkarakter baik, dimana siswa dapat bersikap dan berkomunikasi dengan baik serta mematuhi perturan yang ada di lingkungan sekolah. Kenyataannya tidak semua siswa bisa menyesuaikan diri dengan mudah akan peraturan yang ada disekolah, baik siswa menyesuaikan diri secara pribadi maupun menyesuaikan diri secara sosial. Siswa membutuhkan waktu dan proses agar bisa menyesuaikan diri dengan baik, dan guru BK dapat membantu dan memfasilitasi agar siswa tersebut dapat mencapai tugas perkembangannya secara mandiri, utuh dan optimal.
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Penyesuaian diri (adjustment) menurut Schneiders (dalam Desmita, 2012:193) adalah suatu proses yang mencakup respons mental dan tingkah laku, dengan mana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik dan frustasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal. Bagi siswa kelas X yang merupakan siswa peralihan dari SMP ke SMA sangat membutuhkan ketrampilan dalam menyesuaikan diri di lingkungan SMA yang baru dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan wali kelas diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa kelas X IPS 3 SMA Negeri 2 Kudus kurang berminat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, pasif, banyak menunda dalam mengumpulkan tugas dan kurangnya pemahaman akan tata tertib yang ada di lingkungan sekolah. Didukung dengan kurangnya kekompakan kelas karena banyak siswa yang mengelompok, kondisi rendahnya penyesuaian diri siswa diyakini dapat mempengaruhi tingkah laku siswa lainnya dan kegiatan lainnya di sekolah yang pada akhirnya dapat mengganggu pada proses kegiatan belajar mengajar dikelas dan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Menurut Sanjaya (2011:161) menjelaskan bahwa role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
Guru BK menggunakan tehnik bermain peran dalam bimbingan klasikal untuk dapat meningkatkan penyesuaian diri siswa. Disini siswa mengisi peranan tertentu dan memainkan suatu adegan tentang penyesuaian diri. Dalam bermain peran siswa memerankan situasi yang imajinatif dengan tujuan untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri, meningkatkan ketrampilan-ketrampilan, menganalisis perilaku, atau menunjukkan pada orang lain tentang cara bersikap dan berperilaku yang baik. Sehingga membantu siswa meningkatkan kemampuannya dalam hidup bermasyarakat secara wajar dan sehat. Ketika siswa bermain peran dengan menggambarkan situasi sesuai kejadian atau hal yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari maka akan mengalami perubahan perilaku secara lebih efektif dibandingkan dengan siswa yang hanya mendengar penjelasan materi dari guru BK. Perubahan ke arah perilaku yang lebih efektif ini juga mendapat dukungan dari kelompok, karena mereka mengetahui alasan perilaku itu harus diubah dan bagaimana proses perubahan itu terjadi. Dukungan kelompok dalam bermain peran ini sangat besar pengaruhnya bagi siswa yang bersangkutan karena ia akan mearasa aman dalam melaksanakan pola perilakunya yang baru.
Bimbingan klasikal dengan tehnik bermain peran akan meningkatkan penyesuaian diri siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam mentaati peraturan sekolah dan mampu bergaul dengan baik ketika di sekolah, sehingga kondisi kelas menjadi nyaman dan kondusif serta dapat meminimalkan terjadinya konflik antar siswa.
Siti Aminatuz Zuhriyah, S.Psi
Guru Bimbingan dan Konseling SMA N 2 Kudus