Belajar bahasa diawali dengan kegiatan menyimak. Pada awalnya siswa sekolah menyimak bahasa yang diucapkan oleh guru mereka. Siswa menyimak bunyi bahasa, kata atau kalimat. Lambat laun siswa menirukan ucapan-ucapan yang disimaknya. Selanjutnya siswa mencoba menerapkan dalam pembicaraan. Proses menyimak, mengartikan makna, meniru, dan mempraktikkan bunyi bahasa itu siswa lakukan berulang-ulang. Dengan demikian dapat dinyatakan menyimak merupakan dasar atau landasan berbahasa. Dengan proses menyimak, seseorang dapat menguasai pengucapan fonem, kosakata, dan kalimat. Pemahaman terhadapnya sangat membantu dalam berbagai kegiatan pembelajaran seperti berbicara, membaca , dan menulis.
Dalam kegiatan menyimak cerita, terjadi interaksi dan proses komunikasi berupa proses penyampaian pesan dari seseorang atau sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa). Maka sudah semestinya apabila hasil belajar Bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan menyimak cerita dapat memenuhi KKM. Namun pada kenyataannya tidaklah demikian, karena sebagian besar siswa belum dapat menguasai keterampilan menyimak dalam bahasa Indonesia. Pada siswa kelas V SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo nilai keterampilan menyimak siswa pada termasuk rendah. Hal ini terbukti dari analisis ulangan harian peserta didik yang hanya 55% yang lulus KKM. Sementara 45% sisanya belum mencapai KKM. Nilai tertinggi keterampilan menyimak siswa sebesar 80 dan nilai terendah 30. Untuk mengatasi rendahnya keterampilan menyimak tersebut guru perlu menggunakan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa sehingga pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
Boneka merupakan jenis model yang dipergunakan untuk memperlihatkan permainan. Kristanto (2012:188) mengatakan bahwa boneka yang digerakkan oleh tangan disebut boneka tangan. Boneka tangan merupakan salah satu media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Boneka tangan, dimainkan dengan memasukkan ke dalam tangan. Boneka tangan hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang menutup lengan orang yang memainkannya. Ada berbagai karakter boneka tangan yang ada misalnya binatang, buah-buahan, orang dan tokoh kartun yang populer dikalangan anak-anak. Penggunaan media boneka tangan bersifat luwes yang artinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan guru.
Penggunaan boneka tangan akan mempermudah siswa dalam memvisualisasikan tokoh serta alur cerita. Guru mula– mula memperkenalan boneka tangan sesuai dengan tokoh cerita yang diwakilinya. Ketika mulai bercerita, guru memperagakan alur cerita yang ada dengan bantuan boneka tangan. Siswa akan lebih bisa memahami dan mengikut alur cerita dengan bantuan gerakan boneka tangan tersebut. Kesan yang ditimbulkan oleh penggunaan boneka tangan dalam cerita tersebut lebih mudah terekam oleh siswa serta menyentuh perasaan.
Kelebihan lain boneka tangan lainnya yakni bentuk boneka tangan yang menarik. Bentuk yang menarik tersebut jika disertai dengan penyampaian yang baik dari guru akan sangat dapat menarik perhatian siswa dalam kegiatan menyimak. Kegiatan pembelajaran yang terbangun adalah pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. Melalui penggunaan media boneka tangan kesan bersahabat serta dekat antar guru dan siwa akan terbentuk. Siswa akan menjadi lebih antusias dalam pembelajaran.
Melalui penggunaan media boneka tangan, terbukti bahwa media tersebut dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas V SD Negeri Jetis Kecamatan Sukoharjo. Dari kondisi awal yang hanya 55% siswa yang lulus KKM, setelah menggunakan media boneka tangan meningkat menjadi 85% siswa yang lulus KKM. Siswa lebih fokus, aktif, termotivasi, dan senang dalam belajar. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media boneka tangan dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada siswa.
Oleh :
Agus Alim, S.Pd
Guru SDN Jetis 01 Kec. Sukoharjo
Kab. Sukoharjo