JATENGPOS.CO.ID, – Pendidikan yang berkualitas dan kemampun literasi adalah dua hal yang sangat penting di era persaingan global yang kian kompetetif. Para pengambil kebijakan pusat tentunya sudah menyadari akan hal tersebut. Untuk menjadikan dunia berkwalitas ,tentu sangat banyak faktor yang berkaitan dan saling berpengaruh. Salah satu upaya pemerintah menjadikan pendidikan berkwalitas adalah melalui meningkatkan budaya literasi (membaca dan menulis).Semua elemen bangsa ini menyadari bahwa budaya baca tulis bangsa ini sangat rendah.Sejak era kecanggihan tehnologi saat ini maka hal yang menjadi kebiasaan yang menarik bagi anak-anak kita berupa Hp (internet,medsos),Teve (sinetron ),sehingga budaya baca tulis sudah mulai ditinggalkan.
Pemerintah melalui Permendikbud nomor 23 tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan karakterpeserta didik melalui kebijakan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Namun upaya mensukseskan rencana tersebut tidak bisa dilakukan dengan cepat dan instant dan temporary.Yang perlu dijadikan pondasi yaitu kebiasaan yang konsisten,sehingga dibutuhkan suatu gerakan pembiasaanyang terus menerus dilakukan sejak usia dini.Sekolah sebagai pusat kebudayaan mempresentasikan sebuah miniatur masyarakat.
Hal ini bahwa sebuah sekolah akan memiliki nilai-nilai,norma-norma,kebiasaan-kebiasaan,sikap atau tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh warga sekolah sehingga membentuk sebuah sistem sekolah. Sifat-sifat atau karakteristik itu merupakan akumulasi pengalaman dan pengamatan,dan penghayatan seluruh warga sekolah sejak sekolah tersebut berdiri.Namun secara umum, kenyataan dilapangan budaya literasi di sekolah maupun dimasyarakat belum sesuai harapan dan jauh dari yang diharapkan oleh semua pihak. Mengapa?Jawaban sangat komplek dan perlu pembahasan yang sangat panjang.
Penulis mencoba menawarkan gambaran wujud budaya literasi yang sudah berjalam selama ini tepatnya di salah satu sekolah di kabupaten wonogiri SMPN2 Giritontro.
Kegiatan yang dilaksanakan berupa Program Wonogiri Mengaji yang telah dicanangkan sejak tahun 2015. PemerintahDaerah (Pemda) Kabupaten Wonogiri menilai agama menjadi solusiampuh dalam menyempurnakan akhlak masyarakat.
Mengingat begitu berat dan begitu kuatnya tantangan yang dihadapiuntuk mewujudkan nilai – nilai agama Islam dalam kehidupan sehari –hari maka perlu diupayakan proses konkrit dalam menggapai nilai ibadahyang memiliki dampak luas dan menumbuhkan kesadaran yang bersifatkoletif merealisasikan nilai – nilai agama Islam, maka salah satu upayayang dapat ditempuh adalah melalui Pendidikan Al – Qur’an bagi pesertadidik muslim disatuan pendidikan dan masyarakat muslim secaraberkelanjutan. ( Tim Gerakan Wonogiri Mengaji, 2015 : 1 )
Tujuan diprogramini sekaligus sebagai bentuk komitmen untuk mendukung visi misi pemerintahmenuju masyarakat yang madani dan religius. Selain itu juga menjadibagian daribentuk pengembangan bagi pendidikan karakter anak. Program tersebut tersebut bakal mengikutsertakanlembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah MenengahAtas (SMA). Juga Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) dan Madrasah.(http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/gerakan-wonogiri-mengajidicanangkan/).
Dilingkungan sekolah program tersebutdisambut antusias oleh warga sekolah sehingga sejak di tetapkan peraturan tahun 2015 sampai sekarang kegiatan tersebut masih berlangsung, akan tetapi setiap sekolah mempunyai metode atau cara yang berbeda dalam pelaksanaanya dengan memberikan variasi dakwah yang lebih luas.
Awal Gerakan wonogiri Mengaji ini dimulai dengan Metode Literasi yaitu Membaca dan Menulis Ayat AlQur’an dengan metode( Follow The line) yaitu menebalkan huruf AlQur’an yg sudah disiapkan Bukunya secara khusus. Kemudian dikembangkan dengan hafalan surat pendek, membaca Al qur.an, Tausyiah,Sholat sunah do’a bersama.Dampak dari kegiatan tersebut sangatlah menggembirakan walaupun tidak sempurna akan tetapi ada perubahan karakter pada siswa.Diantaranya: 1) meningkatnya pemahaman tentang agama islam 2).meningkatkan kompetensi Baca Tulis Al Qur’an 3).Meningkatnya kompetensi ibadah wajib 4).Meningkatnya semangat literasi, prestasi, disiplin ,kreatif maupun kritis.
Dengan kegiatan tersebut diharapkan kedepan melalui budaya literasi disekolah akan terbentuk suatu karakter siswa yang religius. Siswa juga kuat dalam menjalankan perintah ajarannya sehingga membawa dampak yang baik bagi dimasyarakat bangsa dan negara.bukan sebaliknya.