JATENGPOS.CO.ID, – Membangun karakter lewat budaya literasi menjadi pilihan yang pas bagi para siswa di sekolah. Secara sederhana, literasi berarti kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara. Dalam konteks sekarang, literasi memiliki arti yang sangat luas. Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Kirsch dan Jungeblut dalam buku Literacy: Profile of America’s Young Adult, mendefinisikan literasi kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan informasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Lebih jauh, seorang baru bisa dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman bacaannya.
Budaya literasi di Indonesia belum dianggap sebagai suatu hal yang penting. Minat baca bangsa sangat mengkhawatirkan, padahal dari membaca, kemampuan berbahasa lainnya seperti menulis dan berbicara akan meningkat. Membaca adalah jendela dunia yang membuat manusia dekat dengan karya sastra, buku, karakter bangsa,
dan peradaban.
Dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat 18 nilai yang harus diperhatikan, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Sayangnya pembangunan karakter bangsa ini kerap kali hanya bersifat teoritis ketika dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.
Terlepas dari berbagai masalah pendidikan yang menghambat proses membangun karakter bangsa, nilai-nilai dalam karakter bangsa memang sudah mulai terdegradasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga menekankan pentingnya membangun karakter bangsa. Keadaan yang sekarang terjadi, dimana siswa kurang memahami esensi bahasa dan literasi sehingga tingkat kebudipekertian siswa tidak tinggi. Aksi kekerasan yang dilakukan siswa marak terjadi. Karakter bangsa yang mulai hilang
ini harus dibangun kembali dengan cara-cara yang tepat.
Pentingnya kesadaran berliterasi sangat mendukung keberhasilan siswadalam menangani berbagai persoalan. Melalui kemampuan literasi, siswa tidak saja memperoleh ilmu pengetahuan tetapi juga bisa mendokumentasikan sepenggal pengalaman yang menjadi rujukan di masa yang akan datang.
Literasi menjadi kecakapan hidup yang menjadikan manusia berfungsi maksimal dalam masyarakat. Kecakapan hidup bersumber dari kemampuan memecahkan masalah melalui kegiatan berpikir kritis. Selain itu, literasi juga menjadi refleksi penguasaan dan apresiasi budaya. Masyarakat yang berbudaya adalah masyarakat yang menanamkan nilai-nilai positif sebagai upaya aktualisasi dirinya. Aktualisasi diri terbentuk melalui interpretasi, yaitu kegiatan mencari dan membangun makna kehidupan. Hal tersebut dapat dicapai melalui penguasaan literasi yang baik
Para siswa Indonesia harus membekali diri dengan kompetensi pengetahuan informasi yang banyak dalam berabagai aspek kehidupan.Selain kompetensi pengetahuan yang baik, juga perlu mempersiapkan kompetensi dalam berkomunikasi. Persaingan global menjadi sebuah tantangan yang tercipta seiring perkembangan zaman. Tantangan tersebut dapat dijawab melaluipenguasaan literasi dalam segala aspek kehidupan yang menjadi tulang punggung kemajuan peradaban bangsa.
Untuk itu, literasi harus menjadi budaya yang ditanamkan sejak dini sehingga menghasilkan para kompeten yang mampu memahami, menggunakan, menganalisis, dan mentrasformasikan informasi yang ada. Hal tersebut dapat menjadikan seseorang mampu mengenali dan mengembangkan potensi diri sebagai upaya meningkatkan kualitas diri sehingga mampu bersaing dalam kancah internasional.
Yuli Setyowati, S.Pd.,M.M.Pd.
Guru SMP Negeri 40 Purworejo