Nilai etika dan budaya di sekolah mulai mengalami pergeseran. Khususnya pada kalangan anak sekolah dasar. Pergeseran ini meliputi perilaku anak dengan gurunya terkadang kurang menghargai. Mengabaikan tugas sekolah dianggap biasa, bahkan di luar jam sekolah banyak meniru perilaku anak dewasa yang tidak sesuai dengan tingkat umurnya. Ternyata karakter pada anak di sekolah dasar sangat memprihatinkan baik secara emosional, maupun perilaku sosial. Pergeseran inilah penyebab anak usia sekolah dasar sudah kehilangan jati dirinya. Pada umumnya mereka melupakan nilai luhur yang telah ditanamkan sejak kecil.
Permasalahan tersebut merupakan bagian kecil menurunnya etika, moral, dan budaya saat ini. Sebagai dampak dari membanjirnya era teknologi dan informasi yang bebas sehingga anak terkadang meniru perilaku yang mereka lihat dan senangi tanpa berpikir panjang apa dampak yang nantinya akan diterima. Inilah tantangan di masa kini, pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat penting bagi tumbuh kembangnya perilaku anak. Beberapa ranah pendidikan yang lebih ditekankan adalah pendidikan sikap spiritual, sikap social, pengetahuan, keterampilan, serta pendidikan karakter.
Pendidikan karakter harusnya semakin digalakkan. Pendidikan karakter yang menekankan pada berbagai dimensi dalam proses pembentukan pribadi diharapkan mampu membendung kemungkinan negatif yang secara perlahan akan menghilangkan budaya bangsa. Melalui pendidikan karakter diharapkan anak memiliki sifat jujur, cerdas, peduli, tanggung jawab, berani, kerja keras, dan peduli sosial.
Tujuan pendidikan pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, hal itu diharapkan bahwa pendidikan bukan hanya mampu membentuk insan bangsa yang cerdas tetapi juga membentuk karakter generasi masa depan yang luar biasa, yang tumbuh dan berkembang dengan karakter luhur bangsa dan agama.
Berbagai cara ditempuh untuk meningkatkan nilai karakter dari peserta didik. Salah satu program yang dapat diterapkan pada peserta didik usia dasar adalah dengan membiasakan budaya “3S (Senyum, Salam dan Sapa)” program ini sangat sederhana namun memiliki peranan dalam pembentukan karakter anak lebih efektif. Senyum adalah gerak tawa tanpa suara tercermin pada bibir yang mengembang sedikit. Salam adalah menyatakan hormat, selamat, damai, tentram yang digunakan untuk mengkomunikasikan hormat kita pada orang lain. Sapa secara sederhana memiliki makna kata-kata untuk menegur. Tegur sapa yang dilakukan dengan ramah.
Adapun karakter yang mampu menunjukkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah merupakan teladan bagi peserta didik dalam membudayakan 3S (Senyum, Salam, dan Sapa) yaitu : 1) Pendidik (guru) setiap pagi menyambut peserta didik di depan gerbang dengan penuh keramahan, menyapa dengan sopan. 2) Pendidik yang masuk kelas mengucapkan salam, menyapa dengan sopan, dan berperilaku santun kepada peserta didik. 3) Ketika pembelajaran apabila ada peserta didik melakukan kesalahan. Maka pendidik menasihati dengan ramah, sopan dan santun. 4) Pendidik dan tenaga kependidikan lebih berhati-hati dalam bersikap, berperilaku, dan berucap. Tanamkan sikap teladan bagi peserta didik. 5) Pendidik dan tenaga kependidikan selalu menerapkan budaya 3S, niscaya suasana kerja terasa lebih nyaman dan menyenangkan. 6) Antarpeserta didik harus terus dibangun budaya 3S agar keberadaannya lebih dapat dirasakan, misalnya sikap toleransi dan peduli sosial akan terwujud nyata antarsiswa.
Keteladanan adalah kunci utama dalam penanaman karakter. Sebab baik atau buruk seseorang tidak serta merta terbentuk dengan begitu saja, tetapi harus ada pembiasaan karakter yang dimulai sejak usia dasar. Terus ciptakan kebaikan dalam berbagai ranah kehidupan.
Santoso, S.Pd., M.Si.
Kepala SDN 2 Gondang Cepiring, Kabupaten Kendal)