Pada zaman milenium yang semuanya serba canggih seperti sekarang ini, masih banyak anak yang minat belajarnya menurun. Padahal berbagai lembaga pendidikan dan media pembelajaran berbasis online maupun offline sudah bermunculan di mana-mana, bahkan sampai di daerah terpencil. Namun ironisnya, sebagian di antara mereka yang bersekolah masih kurang memperhatikan dan mempelajari materi pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, sehingga tidak maksimal dalam memahami pengetahuan yang dituntutnya di sekolah. Termasuk di MTs 3 Pati dalam pmbelajaran yang menekankan IT.
Perkembangan teknologi membuat anak lebih dominan mengoperasikan hanya untuk kesenangan daripada belajar ilmu pengetahuan, sebagaimana tujuan pembelajaran dari kompetensi inti maupun kompetensi dasar kurikulum di sekolah. Mereka tertarik untuk bermain game online daripada membaca buku atau belajar lewat jejaring sosial dan media massa. Bahkan, di beberapa daerah ada anak yang tidak masuk sekolah gara-gara ingin ke warnet hanya untuk bermain game online. Hal ini menunjukkan bahwa minat mempelajari pengetahuan ilmiah sangatlah rendah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar anak yang menentukan keberhasilan belajar. Faktor-faktor tersebut bersumber pada dirinya (internal) dan luar dirinya, atau lingkungan sekitarnya (eksternal). Faktor internal meliputi faktor fisik, psikologi, dan faktor kelelahan, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Faktor keluarga merupakan faktor lebih dominan terhadap minat belajar anak. Anak saat berada di rumah, orang tua perlu memberikan dorongan dan pengertian terhadap tugas dan kewajiban sebagai pelajar. Apabila anak sedang belajar, jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberikan motivasi, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi pengajarnya (guru), untuk mengetahui perkembangannya.
Demikian pula ketika anak dalam masyarakat harus memperhatikan dengan siapa mereka bergaul. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, pemabuk, dan mempunyai kebiasan yang tidak baik, akan berpengaruh buruk kepada anak yang berada di tempat itu. Anak tertarik untuk mengikuti perbuatan seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Akibatnya, belajarnya terganggu dan bahkan anak kehilangan semangat belajar. Sebaliknya, jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar, tekun beribadah, rajin belajar, dan berantusias mencapai cita-citanya, maka pengaruh anak juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan tersebut untuk mengikutinya.
Semangat belajar anak dipengaruhi oleh motivasi belajar. Ada atau tidaknya motivasi belajar anak terkadang kurang mendapatkan perhatian orang tua maupun guru. Anak-anak yang memiliki minat belajar tinggi karena ada motivasi dari dalam dirinya yang sangat kuat. Sebaliknya, anak yang tidak memiliki minat belajar disebabkan minimnya motivasi dari dalam dirinya sendiri. Untuk itulah, peran keluarga, guru, dan lingkungan sekitarnya sangat diperlukan untuk memberikan motivasi agar anak mau belajar.
Selain memotivasi anak agar mau belajar, orang tua juga berkewajiban menyuruh anak belajar. Jangan sampai orang tua acuh tak acuh terhadap anaknya, tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anaknya, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, dan kesulitan-kesulitan yang dialaminya. Selain itu, Orang tua hendaknya mengarahkan anak ke hal-hal yang menarik sebagai sumber belajar agar tidak monoton, tidak menimbulkan kejenuhan, dan tidak menimbulkan cepat mengantuk. Misalnya, menggunakan media internet atau aplikasi jasa bimbingan belajar secara online. Semua itu tidak lepas dari kepedulian kita sebagai orang tua, pendidik, atau lingkungan masyarakat tempat anak berada.
Warno, S.Pd.,M.Pd.
Guru MTs Negeri 3 Pati