Salah satu ketrampilan berbahasa sastra yang bersifat produktif adalah ketrampilan menulis puisi. Ketrampilan menulis adalah ketrampilan berkomunikasi mengungkapkan pikiran, ide, gagasan, perasaan, dan kehendah untuk melahirkan buah pikiran yang hendak disampaikan melalui tulisan disampaikan kepada orang lain. Hal tersebut didukung oleh pendapat Nurhadi (2010:20) menjelaskan bahwa menulis adalah kegiatan melahirkan ide dan mengemas ide ke dalam lambang-lambang grafis berupa tulisan yang bisa dipahami orang lain.
Sedangkan puisi menurut Herman Waluyu menjelaskan bahwa karya sastra tertulis yang paling awal ditulis manusia dalam sejarah serta sebagi bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dalam sebuah struktur fisik dan batin. Menulis puisi yang baik dan benar harus memenuhi unsur-unsur puisi diantanaranya adalah Struktur fisik dan struktur batin. Menurut Kartini (Romelah, 2006) Struktur fisik dibagun oleh diksi, bahasa kias (Figurative Language), pencitraan (Imagery), dan persajakan. Sedangkan struktur batin puisi dibangun oleh pokok pikiran, tema, nada (tone), suasana (atmosphere), dan amanat (message). Struktur-struktur tersebut yang membuat puisi lebih menarih dan lebih terlihat estetikanya.
Ketrampilan menulis puisi bukanlah sesuatu yang mudah, yang harus dilatih secara terus menerus dan melalui proses kreatif. Proses kreatif menulis puisi yaitu mencari ide, pengendapan, penulisan, editing dan revisi. Masing-masing tahapan dalam proses menulis puisi wajib ditanamkan pada siswa sejak dini. Maka dari itu tugas guru harus lebih kreatif dan berinovasi dalam mengajar materi menulis puisi menggunakan beberapa metode untuk mempermudah siswa dalam menulis puisi. Sehingga siswa mempunyai kemapuan untuk mengapresiasikan puisi dengan baik dan benar.
Namun, kenyataanya di lapangan tidak semua siswa mampu menulis puisi dengan baik dan benar sesuai denga unsur-unsur puisi. Berdasarkan hasil wawancara, hasil kerja siswa, dan hasil angket SMP Negeri 2 Tangen ,menyatan bahwa siswa kuarang bergairah, kurang bersemangat dan merasa susah untuk menuangkan kata-kata dalam membuat puisi. Maka rasa kurang ketertarikan dengan menulis puisi pastinya akan berdampak pada nilai siswa.
Untuk memudahkan kita selaku pendidik dalam menyikapi suatu kendala yang dihadapi peserta didik dalam menuangkan suatu ide atau gagasan, cara menulis puisi dengan menggunakan peta pikiran lah peserta didik akan mudah dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga kerja alami otak akan dilibatkan dari awal. Untuk menuangkan ide atau gagasan baik diungkapkan melalui pikiran dan perasaan peserta didik secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.
Peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi (Bobby DePorter, 2004: 175). Dalam membuat peta pikiran, hendaknya menggunakan pulpen warna-warni dan mulailah menulis di bagian tengah kertas. Kalau bisa gunakan kertas secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat dan jelas untuk membacanya. Adapun langkah-langkah membuat peta pikiran menurut Buzan (2005: 21) adalah sebagai berikut: a). Mulailah dari bagian tengah permukaan secarik kertas kosong yang diletakkan dalam posisi memanjang. b). Gunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral. c). Gunakan warna pada seluruh peta pikiran, dengan membedakan penggunaan warna pada masing-masing cabang. d). Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar sentral dan hubungkan cabang-cabang tingkat kedua dan ketiga pada tingkat pertama dan kedua, dan seterusnya. e). Buatlah cabang-cabang peta pikiran berbentuk melengkung bukannya garis lurus. f). Gunakan satu kata kunci perbaris. g). Gunakan gambar di seluruh peta pikiran Anda.
Siswa SMP Negeri 2 Tangen dalam menulis puisi melalui peta pikiran sangat menantang siswa, lebih bergairah, dan sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran bahasa indondesia khususnya pada materi menulis puisi bebas. Banyak siswa yang merasa lebih mudah dalam menuangkan ide dan buah pikiran sesuai dengan unsur-unsur puisi. Dan dengan adanya peta pikiran ini siswa sangat terbantu dalam membuat puisi dengan bermacam-macam ungkapan persaan, ide ataupun gagasan, meskipun puisi mempunyai hakekat ketegangan antara konvensi dan pembaharuan serta inovasi.
IDA FITRIANA,S.Pd
SMP N 2 TANGEN