Lunturnya budaya positif yang ada di sekolah membuat prihatin dunia pendidikan. Para pendidik hendaknya dengan kesadaran diri melakukan disiplin positif sehingga berpengaruh baik kepada murid-muridnya. Dengan adanya program pendidikan guru penggerak (PPGP), diharapkan sekolah memiliki pioner dalam melaksanakan disiplin positif. Calon Guru Penggerak (CGP) merupakan salah satu aset yang dimiliki sekolah. Nilai dan peran CGP telah tertuang dalam modul yang dipelajarinya selama menempuh pendidikan guru penggerak (PGP). Nilai guru penggerak antara lain berpihak pada murid, mandiri, inovatif, kolaboratif, dan reflektif. Sedangkan peran guru penggerak yaitu menjadi pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid (Student Agency), dan menggerakkan komunitas praktisi. Disiplin positif bertujuan pada pembentukan karakter Profil Pelajar Pancasila. Dalam penerapan disiplin positif, guru sebagai teladan para muridnya.
Untuk mewujudkan nilai dan peran guru penggerak, CGP dibekali dengan materi disiplin positif yang akan disemaikan di sekolahnya. Disiplin positif merupakan pembiasaan yang bersifat positif yang bertujuan meningkatkan hal-hal baik yang sudah ada di sekolah. Dalam disiplin positif terkandung kegiatan yang mampu menumbuhkan karakter murid. Disiplin positif bermula dari kelas kemudian meningkat ke lingkungan sekolah dan pada akhirnya akan terbentuk budaya positif. Untuk mewujudkan disiplin positif hingga menjadi budaya positif tidaklah mudah. Sangat perlu adanya komunikasi, kolaborasi, dukungan, dan sikap konsisten dari stakeholder yang ada di sekolah. Hal tersebut juga memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Di SMP Negeri 38 Purworejo terdapat dua orang CGP angkatan 6. Guru yang merupakan CGP tersebut telah melaksanakan persemaian tentang disiplin positif dengan kata lain disiplin positif ini telah didiseminasikan di lingkungan sekolah bersama kepala sekolah dan teman sejawat. Hal ini sesuai dengan nilai dan guru penggerak. Disiplin positif yang diseminasikan oleh CGP antara lain teori motivasi (untuk menghindari hukuman, mendapatkan imbalan, menghargai diri sendiri), nilai-nilai kebajikan universal dengan membentuk keyakinan kelas dan pohon harapan, lima posisi kontrol (guru sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau, manajer), segitiga restitusi (menstabilkan identitas, validasi kebutuhan, menanyakan keyakinan), dan lima kebutuhan dasar manusia (bertahan hidup, penguasaan, kasih sayang dan rasa diterima, kesenangan, kebebasan). Teman sejawat dan murid sangat antusias dalam proses penyemaian hal-hal positif ini.
Dalam pelaksanaan diseminasi disiplin positif di sekolah, kedua CGP melakukan presentasi tentang materi disiplin positif dan hal-hal yang sudah diterapkannya baik di kelas maupun lingkungan sekolah. CGP memaparkan kegiatan dan menampilkan foto-foto aksi nyata mereka sehingga dapat menggali rasa ingin tahu dan kemauan teman sejawat.
Sesuai dengan jargon guru penggerak yaitu tergerak, bergerak, dan menggerakkan. CGP pada awalnya memiliki rasa tergerak dalam mewujudkan hal baik dari dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum bergerak melakukan tindakan. Dalam diseminasi disiplin positif, hal ini sudah masuk ke tahap menggerakkan karena berhubungan dengan ekosistem sekolah.
Setelah dilakukan refleksi tentang diseminasi disiplin positif ini menunjukkan hasil yang luar biasa. Beberapa teman sejawat mulai tergerak dan akan bergerak mengikuti langkah teman CGP. Namun masih ada juga teman sejawat yang belum ada kemauan ATM (amati, tiru, modifikasi). Yang paling penting dalam melakukan sesuatu hendaknya berasal dari kemauan diri sendiri sehingga hasilnya akan maksimal.
Oleh:
Endang Wahyundari, S.Pd., M.Pd.
Kepala SMP Negeri 38 Purworejo