Sekarang ini peran kepala sekolah lebih sebagai manajerial yang bertugas mengelola sekolah. Sehingga seluruh sumber daya bisa disediakan dan dimanfaatkan secara optimal demi mencapai tujuan sekolah secara efektif.
Selain itu kepala sekolah harus mampu mengoptimalkan kinerja guru. Susanto (2016) menyatakan bahwa peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran dapat tercapai apabila kepala sekolah sebagai pemimpin mampu memacu guru dalam meningkatakan kinerja para guru dengan sungguh-sungguh dan penuh dedikasi yang tinggi terhadap tugas yang diemban .
Hal tersebut menjadi tantangan bagi kepala sekolah. Karena guru adalah garda terdepan sekolah dalam mencetak generasi penerus bangsa yang tangguh. Salah satu upaya yang dilakukan penulis selaku kepala sekolah untuk mewujudkannya, dengan menjadi coach bagi guru melalui coaching. Apa itu coaching?
Coaching adalah seni memfasilitasi kinerja, pembelajaran, dan pengembangan orang lain (Downey, 2003). Coaching dilakukan melalui proses bertanya, mendengar, membimbing, memantau kemajuan, dan memberi feedback. Melalui coaching, kepala sekolah melatih guru untuk mengelola dirinya supaya mampu meningkatkan potensi. Sehingga menjadi guru pembelajar yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, kreatif, dan berinovasi. Serta mampu mengaktualisasikan ide dan pemikiran agar dapat mengandalkan dirinya dalam mengambil keputusan dan tindakan yang lebih baik.
Coaching memegang prinsip bahwa coachee (guru) secara alamiah kreatif, penuh sumber daya sehingga dianggap yang paling tahu atas jawaban terhadap kebutuhannya sendiri. Sedangkan coach (kepala sekolah) bukanlah orang yang serba tahu dan punya jawaban terhadap semua masalah dalam kehidupan coachee. Tugasnya hanya sebatas mengajukan pertanyaan yang dapat menstimulus coachee untuk menemukan pemahaman dan kesadaran mengenai keadaan dirinya. Sehingga coachee lebih percaya diri dan berani melakukan tindakan baru guna mencapai hasil yang sebelumnya tidak pernah diraih. Terutama dalam peningkatan kinerja sebagai guru.
Pendekatan coaching yang dapat diimplementasikan adalah GROW (Goal, Reality, Options,Will). Adapun langkahnya sebagai berikut: 1) Tetapkan tujuan (Goal) yaitu tahapan pertama coaching untuk menentuakan apa yang ingin dicapai. Coach dapat mengajukan pertanyaan: Bagaimana anda akan tahu telah mencapai tujuan itu? Apa harapan dari orang lain terhadap anda ? Dan seterusnya. 2) Perhatikan kondisi saat ini (Reality). Coachee harus mengetahui realitas saat ini dan tahu dari mana akan memulainya. Hal ini menjadi sesi terpenting coaching. Coach dapat bertanya: Selama ini apa yang menyebabkan anda berhenti untuk mencapai tujuan anda? Apakah anda tahu siapa saja yang telah mencapai tujuan ini? Apa yang dapat anda pelajari dari mereka? Dan seterusnya. 3) Melihat pilihan yang tersedia (Options). Tahapan mengeksplorasi pilihan yang coachee miliki untuk menuju tujuan. Coach dapat bertanya: Apa yang bisa anda lakukan sebagai langkah pertama? Apa yang akan terjadi jika anda tidak melakukan apa pun? Dan seterusnya. 4) Bangkitkan motivasi (Will). Hasil yang diinginkan dari tahap ini adalah komitmen untuk bertindak. Pertanyaan untuk memandu coach: Tujuan mana yang cocok dengan prioritas posisi anda saat ini? Hambatan apa yang mungkin akan anda temui? Dan seterusnya. “Metode GROW dalam Coaching.Q-Learn.Com.15 November.6 Agustus 2021. <Metode Grow dalam Coaching. Q-Learn>
Dapat disimpulkan coaching adalah menggali kemampuan diri guru dengan bertanya. Pertanyaan tersebut dapat membantu kepala sekolah melakukan pengamatan terhadap masalah. Sehingga menimbulkan kesadaran diri guru untuk melakukan perubahan. Guru bertanggung jawab 100% atas kesuksesan dalam mencapai golnya. Kepala sekolah hanya membantu agar guru bisa lebih efektif dan efisien dalam proses mencapainya. Jika langkah-langkah dalam coaching dilaksanakan secara terprogram maka kinerja guru dapat dioptimalkan sesuai dengan yang diharapkan bersama.
Oleh Siti Khomsatun, S.Pd.SD.
Kepala SDN Jatiwangsan Kab. Purworejo