JATENGPOS.CO.ID – Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan beberapa prinsip , yakni pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa dengan satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. Selain itu dalam penyelenggaraan pendidikan harus dalam suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik.Dalam proses pembelajaran dapat dikembangkan melalui budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Dengan demikian kegiatan literasi merupakan salah satu prinsip yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Kita tahu bahwa literasi adalah kemampuan seseorang dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Berkaitan dengan pendidikan, literasi sangat penting bagi siswa karena keterampilan dalam literasi berpengaruh dalam keberhasilan belajar dan kehidupannya. Keterampilan literasi yang baik akan membawa peserta didik dalam memahami teks lisan, tulisan, maupun gambar.
Penerapan literasi harus ditanamkan sejak kecil bahkan sejak anak belum memasuki sekolah. Namun disini yang kita bicarakan keterampilan literasi di sekolah. Utamanya di sekolah dasar (SD). Banyak cara seorang pendidik menanamkan gerakan literasi di sekolah. Bisa dengan kebiasaan membaca di perpustakaan, gerakan membaca lima belas menit sebelum pelajaran dimulai. Dan masih banyak trik yang dilaksanakan.
Salah satu cara menanamkan gerakan literasi di sekolah adalah dengan komik . Komik itu sendiri adalah sebuah gambar atau rangkaian gambar yang berisi cerita. Komik merupakan bacaan yang populer dan digemari anak-anak karena disitu ada gambar-gambar yang seolah-olah berbicara dan gambar tersebut membentuk sebuah narasi. Komik yang dibuat pendidik sebaiknya yang berkategori sastra anak dan mempunyai nilai edukasi, komik dikemas secara santai, lucu, maka bisa menjadi hiburan.
Komik banyak macamnya salah satunya komic strip. Komic strip it dapat diunduh pada play store di smart phon. Komik strip hanya terdiri dari beberapa panel gambar saja, namun jika dilihat dari segi isi sudah memuat satu gagasan yang utuh.
Komik strip dibuat oleh seorang kartunis dan diterbitkan secara teratur di koran atau majalah. Seorang pendidik bisa saja menjadi kartunis atau penulis komik. Tidak harus terbit di media masa. Akan tetapi ditempel saja pada mading yang ada di sekolah. Bisa juga pada papan pajangan di kelas. Memang dituntut kreatif untuk membuat komik strip. Gambarnya diambil dari kegiatan peserta didik. Pasti mereka akan merasa bangga jika gambarnya ditempel pada papan pajangan atau mading.
Dengan komik strip peserta didik dapat belajar membaca. Bagi peserta didik yang belum lancar membaca, mereka akan berusaha untuk bisa membaca demi ingin tahu cerita pada konik yang disukai. Rasa ingin tahu membuat mereka mau belajar membaca. Minimal dia bisa membaca gambar. Komik bisa sebagai sarana menyalurkan emosi, peserta didik dapat meniru tingkahlaku tokoh yang disukai (tokoh yang baik), ada amanat yang tersirat utamanya sikap kepahlawanan. Di sini diperlukan peran pendidik ataupun orang tua yakni untuk menjelaskan amanat atau pesan dari sebuah cerita ataupun komik. Dengan tujuan agar peserta didik tidak salah tafsir dalam memaknai sebuah cerita.
Tidak ada sesuatu yang sempurna, begitu pula komik strip ini bisa membuat anak malas, iritasi mata, dan kenakalan remaja jika cerita yang disajikan negatif. Kembali lagi peran pendidik sangat diperlukan yakni pengawasan pada peserta didik di lingkungan sekolah. Dan pengawasan orang tua di rumah dan dilingkungannya.