GROBOGAN – Dalam pelaksanaan proses pembelajaran mata pelajaran IPA Fisika di SMP pada umumnya sering mengalami kesulitan. Bagi guru kesulitan biasanya muncul dalam upaya menanamkan konsep Fisika pada siswa danmemilih metode yang tepat sesuai dengan kondisi yang ada.Bagi siswa kesulitan sering dialami karena sebagian besar sudah memiliki anggapan bahwa pelajaran Fisika itu merupakan pelajaran yang sulit, tidak aktual, tidak menarik dan membosankan.Kondisi ini diperparah dengan munculnya rasa takut dari siswa baik ketakutan untuk mempelajari Fisika maupun takut pada guru. Akibat yang muncul dalam proses pembelajaran, peranaktif, perhatian, serta minat siswa menjadi rendah. Hal ini berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa rendah.Hal demikian juga terjadi di SMP Negeri 2 Tawangharjo. Prestasi belajar Fisika cenderung rendah.
Kita perlu mengganti model belajar yang terpusat yang selama ini terpusat pada guru yang selama ini digunakan di banyak sekolah, dengan menggunakan model belajar yang aktif dan mandiri berdasarkan prinsip-prinsip ilmu kognitif modern
Bertolak dari uraian tersebut sebagai upaya jalan keluar diajukan strategi pembelajaran yang menawarkan suatu model baru yang berupa pendekatan pembelajaran “Asistensi Terarah”(Controlled Assistance) pada siswa VIII SMP Negeri 2 Tawangharjo. Upaya ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa perbaikan kualitas proses pembelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 2 Tawangharjo. Sehingga berdampak pada peningkatan pemahaman siswa. Pemahaman siswa disini maksudnya pemahaman terhadap materi fisika yang merupakan salahsatu cabang dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Model Asistensi Terarah adalah proses pembelajaran dengan mengikutsertakan siswa terpilih untuk membantu temannya mengatasi permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran dengan arahan guru. Ide ini muncul mengadopsi pada sistem asistensi di perguruan tinggi. Para dosen senior dalam mata kuliah tertentu mengangkat asisten. Dengan sistem ini ternyata juga menghasilkan hasil yang baik dan model ini terus berlangsung sampai sekarang.
Gagasanmengenaimodelasistensiterarahinimunculdidorongbeberapahal. Pertama penerapan good teachin gpractice,pendorong Kedua adalah antisipasi pelayanan gaya belajar siswa, sedangkan pedorong Ketigaadanya perubahan paradigma dari teaching menjadi learning sesuai dengan empat visi pendidikan menuju abad XXI versi UNESCO yaitu learning to know, learning to do yang diarahkan pada how to solve the problem, learning to live together, dan learning to be. pendorong keempat adalah kenyataan yang terjadi Fisika mulai kurang dilirik, tidak disukai.
Seperti diketahui bahwa kondisi siswa SMP pada umumnya, tingkat pemahaman konsep mata pelajaran fisika masih rendah. Hal ini berarti perlu diupayakan pemecahannya, sehingga seperti yang diharapkan tingkat pemahaman konsep fisika siswa menjadi lebih baik dan optimal. Salat satu upaya yang dilakukan adalah model pembelajaran asistensi terarah. Dengan model ini diharapkan tingkat pemahaman konsep fisika lebih baik
Dari hasil learning log siswa, catatan observasi siswa, dan wawancara menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model Asistensi Terarah cenderung memberikan perubahan suasana pembelajaran di dalam kelas, diantaranya adalah:Communication Skills (kemampuan berkomunikasi)secara bertahap cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan adanya diskusi kelompok besar, diskusi kelompok kecil bahkan untuk kasus tertentu terjadi diskusi teman sebangku. Study Skill (kemampuan belajar)mengalami peningkatan yang cukup baik, baik belajar secara individu maupun belajarkelompok. Model ini sesuai dengan visi pertama UNESCO yaitu learning to think.Numeric Skill (kemampuan numerik) pemecahan masalah yang berhubungan dengan angka-angka atau hitungan serta simbul-simbul akan terasa sangat signifikan.Problem Solving Skills (kemampuan memecahkan masalah)ketika guru memberikan pertanyaan tingkat tinggi, secara bertahap juga meningkat. Social and Personal Skills (kemampuan personal dan sosial).
Kesenjangan antar siswa dan siswa dengan guru terkikis.Dengan hilangnya kesenjangan antara guru dan asisten secara bertahan memberikan pengaruh berkurangnya kesenjangan antara guru dengan siswa yang lain. Demikian juga yang terjadi dengan saling kesepahaman antara asisten dengan anggotanya maka secara bertahap kesenjangan antar siswa secara bertahap berkurang. Persaingan yang berdampak negatif menjadi persaingan yang positif. Hal ini juga menujukkan bahwa model ini sesuai dengan visi keempat UNESCO bidang pendidikan menuju abad-21 yaitu learning to be.
Oleh
Supriyadi, S.Pd.
Guru SMP Negeri 2 Tawangharjo,Kabupaten Grobogan