CTL Belajar IPA jadi Asyik

TATAK SETYANINGTYAS,S.Pd Guru Kelas IV SD N 2 Malebo Kandangan Temanggung
TATAK SETYANINGTYAS,S.Pd Guru Kelas IV SD N 2 Malebo Kandangan Temanggung

Kegiatan pembelajaran yang kurang bervariasi menimbulkan rasa bosan sehingga siswa menjadi pasif dan juga sikap ilmiah pada siswa kurang berkembang. Hal tersebut akan berdampak pada hasil penilaian yang kurang memuaskan. Guru perlu menentukan metode dan model maupun pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, sehingga indikator pembelajaran dapat tercapai. Kegiatan pembelajaran yang dikemas sedemikan rupa akan memudahkan materi yang disampaikan mudah dipahami tanpa membuat siswa cepat bosan. Terutama pada pembelajaran IPA yang sangat menuntut pemahaman akan konsep dan pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar memahami dan menjelajahi alam sekitar secara alamiah.

Ahmad Susanto dalam Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (2013:167) mengemukakan bahwa, hakikat pembelajaran IPA adalah ilmu tentang alam yang diklasifikasikan sebagai produk, proses, dan sikap. Dalam hal ini, siswa dibekali kemampuan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu,diperlukan sebuah pembelajaran yang dapat membantu siswa alam meningkatkan hasil belajar. Salah satunya adalah pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning ( CTL) dalam pembelajaran. Mengapa CTL? Sanjaya (2005) mengungkapkan bahwa, Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari pengertian tersebut jelas bahwa siswa dapat menyerap pelajaran apabila mereka mampu memahami dan mengaitkan materi yang mereka pelajari dengan kehidupan nyata mereka. Selain itu,mereka juga mampu untuk mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Lebih lanjut Johnson (2008) mengungkapkan bahwa pendekatan kontekstual bisa berhasil karena sesuai dengan nurani manusia yang selalu haus akan makna. Pendekatan Contextual Teaching and Learning pada konteksnya merupakan pengalaman langsung oleh siswa. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja,tetapi aspek afektif dan psikomotorik.

Baca juga:  Melatih Tanggung Jawab Siswa dengan NHT

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar pada dasarnya ditujukan untuk memupuk rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap alam. Aspek pokoknya adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimilikinya sehingga memupuk rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami apa yang dipelajari bukan mengetahuinya. Pendekatan CTL adalah satu perubahan paradigma dari teacher centered menjadi student centered yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pendekatan yang dilakukan oleh guru haruslah diciptakan secara teratur untuk mewujudkan keberhasilan dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Sebagai contoh dalam pembelajaran materi perpindahan kalor Sebelum guru menerangkan tentang perpindahan kalor siswa diajak untuk memanaskan panci yang diisi air. Setelah beberapa saat,siswa diminta untuk mengamati apa yang terjadi pada panci dan air di dalamnya. Kemudian menuliskan dalam lembar kerja siswa. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan kegiatan yang telah mereka lakukan dengan mengaitkannya dengan materi perpindahan kalor. Dengan pengalaman langsung tersebut anak akan mudah memahami apa yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dengan CTL belajar siswa jadi asyik

TATAK SETYANINGTYAS,S.Pd
Guru Kelas IV SD N 2 Malebo Kandangan
Temanggung

Baca juga:  Daya Juang Siswa dalam Pembelajaran Matematika