Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, membaca, dan menulis. Kegiatan menulis menuangkan kata dalam bentuk kalimat, paragraf, dan wacana. Keterampilan menulis termasuk pemikiran yang kompleks karena menyerap berbagai sumber baik melalui membaca maupun menyimak. Peserta didik membutuhkan pengalaman yang diperoleh dari berlatih, cara berpikir kritis yang teratur untuk menuangkan ide yang ada dalam pikirannya. Selain itu menulis memerlukan imajinasi yang tinggi agar yang dipikirkan dapat dituangkan dalam bentuk tulisan dan idenya diterima oleh orang lain.
Menulis wacana deskripsi menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan menggunakan penggambaran seolah-olah pembaca merasakan sendiri apa yang digambarkan oleh penulis. Peserta didik dalam menulis wacana deskripsi masih mengalami hambatan. Peserta didik kurang tertarik dalam menulis wacana deskripsi karena kurang jelas dalam menangkap materi penjelasan guru, malu atau takut dalam bertanya, belum memahami wacana yang ditulis dan manfaat menulis. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil belajar yang masih rendah dan belum mencapai nilai KKM. pembelajaran keterampilan menulis wacana deskripsi di SMP N 2 Ngadirojo kelas VII D semester gasal tahun 2018/2019 , kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri , dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif, cenderung pasif sehingga belajar kurang termotivasi. Guru berharap peserta didik antusias dan aktif mengikuti belajar. Berkaitan dengan masalah tersebut diterapkan pendekatan CTL (Contexual Teaching and learning) untuk meningkatkan keterampilan menulis deskipsi agar mencapai nilai yang baik di atas nilai KKM (75).
Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (Constructivisme), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling) dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment). (Anomin, 2008 : 162).
Komponen pembelajaran CTL dapat dijabarkan pertama Komponen kontruktivisme mempunyai tujuan membangun pemahaman peserta didik dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal.Kedua pembelajaran dikemas menjadi proses membangun pengetahuan peserta didik bukan menerima pengetahuan. Ketiga komponen inquiri (menemukan) proses perpindahan dari pengamatan objek menjadi pemahaman. Peserta didik belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis. Keempat Komponen bertanya kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Kelima masyarakat belajar merupakan sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar. Bekerja sama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. Peserta didik bisa bertukar pengalaman dengan temannya. Pemodelan proses penampilan contoh orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Keenam refleksi cara berpikir dan mencatat apa yang telah dipelajari. Ketujuh penilaian yang sebenarnya merupakan pengukuran pengetahuan dan keterampilan peserta didik berupa penilaian produk dan tugas yang relevan dengan tema.
Implementasi pendekatan CTL membuat peserta didik menjadi tertarik dalam menulis wacana deskripsi. Mereka lebih aktif memperhatikan penjelasan guru. Peserta didik berani bertanya, menanggapi pertanyaan teman, menjawab pertanyaan teman, semakin terampil dalam menuangkan gagasan dalam bentuk wacana deskripsi dengan tema: objek wisata, tempat bersejarah, denah tempat tinggal, sawah, suasana pentas seni daerah, lingkungan sekitar . Dengan menerapkan pendekatan CTL akivitas peserta didik meningkat sehingga berdampak peningkatan keterampilan menulis wacana deskripsi.
Lilis Resnawati,S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri