Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia ini. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas bahkan juga di Perguruan Tinggi. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Hasil belajar matematika sangatlah penting bagi siswa kelas awal di Sekolah Dasar karena akan digunakan mereka seumur hidupnya dalam kegiatan sehari-hari berkaitan erat dengan matematika.
Matematika dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit oleh anak-anak maupun orang dewasa. dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar. Pembelajaran secara menyenangkan dan efektif harus melibatkan pengajaran untuk tujuan memahami, problem solving, bervariatif dan didasarkan atas problema dalam kehidupan sehari-hari agar pembelajaran lebih bermakna.
Menurut Sudjana (2010:22), hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah masih bersifat konvensional, penggunaan alat peraga/media jarang sekali digunakan, dan praktik pembelajarannya kurang memanfaatkan situasi nyata di lingkungan siswa, sehingga pemahaman terhadap konsep matematika sulit dicerna. Siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran dan cenderung pasif, terbukti dalam kegiatan belajar siswa selalu diam ketika mengalami kesulitan dalam belajar, menunggu guru untuk diberikan contoh-contoh soal dan cara pengerjaannya yang benar tanpa mencoba berfikir untuk menggali dan membangun idenya sendiri, siswa tidak mengajukan pertanyaan terhadap materi yang dianggap kurang dimengerti. Siswa mengalami kesulitan dalam menemukan pola menyelesaikan soal yang berkaitan dengan Pengukuran waktu.
Roestiyah (2012: 20) mengemukakan bahwa discovery learning yakni cara mengajar membaca dengan melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui bertukar pendapat, diskusi, seminar,membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Discovery learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud perubahan perilaku. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Meski metode belajar dan hasil belajar ini meningkatkan kemampuan mandiri pada peserta, situasi belajar dan kondisi belajar discovery learning tetap tak lepas dari bantuan instruktur dalam membantu peserta dan membimbing pesertanya. Belajar tidak sama dengan menyerap apa yang dikatakan atau dibaca, tetapi secara aktif dalam belajar mencari mengkonstruksi jawaban dan solusi sendiri. Dengan mengeksplorasi dan memanipulasi situasi atau dengan melakukan eksperimen, peserta didik lebih mungkin untuk mengingat konsep dan pengetahuan baru pun diperoleh.
Oleh :
Nuning Juwarni,S.Pd.SD
SDN 3 Selogender
Jati – Blora