Pembelajaran IPA di SD bertujuan untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala alam, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan objektif (Muslichah, 2006). Namun ternyata tidak mudah mencapai tujuan tersebut. Kendala dalam proses pembelajaran IPA adalah minat belajar dan aktivitas siswa yang masih sangat kurang, sehingga hasil belajar siswa juga rendah.Hal ini disebabkan karena guru mengajar secara monoton, kurang menarik, siswa kurang aktif, KBM hanya menggunakan ceramah, dan alat peraga yang digunakan masih kurang maksimal.
Hasil belajar IPA yang sangat rendah merupakan suatu permasalahan yang harus segera diatasi.Untuk mengatasi masalah tersebut guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dapat tercipta bila guru menggunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang relevan dengan materi IPA yang akan diajarkan serta menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat. Siswa akan merasa tertarik mempelajari IPA, mencoba dan membuktikan sendiri, sehingga akan memperkuat kemampuan kognitifnya dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tujuan pembelajaran IPA di SD dapat tercapai.
Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai ulangan harian tahun 2022/2023 siswa kelas VI SDN Dlisen 01 Kecamatan LimpungKabupaten Batang pada pelajaran IPA belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70. Pada hasil ulangan harian Siklus Air dan Faktor-faktor yang memengaruhi siklus air diperoleh nilai terendah 29, nilai tertinggi 82 dan rata- rata kelas 54. Dari 6 siswa yang mencapai KKM hanya 2 siswa. Demikian pula dari hasil observasi awal yang dilaksanakan pada siswa kelas VI diperoleh data bahwa materi Siklus Air dan Faktor-faktor yang memengaruhi siklus airbelum sepenuhnya dipahami siswa.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VI SDN Dlisen 01 tersebut, guru memilih menggunakan model Discovery Learning. Guru merasa metode ini akan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Dalam hal ini, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Selama pembelajaran, gurumemberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli IPA. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Dalam proses pembelajaran, semua siswa tampak aktif mengikuti setiap kegiatan yang disiapkan guru. Mereka melakukan eksperimen, mengamati dan saling berdiskusi dengan temannya.
Penggunaan model Discovery Learningini dapat bermanfaat bagi siswa yang kurang dalam materi siklus air dan faktor-faktor yang memengaruhi siklus air. Terbukti hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan. Hasilnya, dari 6 siswa ada 5 siswa (83,3 %) yang tuntas dalam pembelajaran. Sedangkan hanya 1 siswa (16,7 %)Â yang belum tuntas.Dari paparan di atas dapat buktikan bahwa penggunaan metode Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Oleh : IHSAN, S.Pd. SD
Guru SDN Dlisen 01 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang