Salah satu disiplin ilmu yang selalu menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial. Gejala alam dan gejala sosial kemasyarakatan yang selalu berubah seiring berjalannya waktu menuntut perubahan pola pikir dan sikap hidup manusia. Tentunya hal tersebut haruslah kita tanamkan sejak dini agar para peserta didik selalu siap dan mampu mengikuti perubahan yang terjadi. Peserta didik diharapkan mampu berfikir kritis dan logis dalam menyikapi perkembangan yang terjadi.
Belajar IPS hendaknya dapat memperdayakan peserta didik dalam segala potensi, baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Semua kemampuan tersebut dapat diwujudkan dalam proses pembelajaran melalui pelatihan partisipasi dan aplikasi dalam kehidupan. Beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah metode pembelajaran, proses belajar, fasilitas pembelajaran, interaksi antar peserta didik dan guru ataupun sebaliknya.
Dari permasalahan di atas, masalah utama dalam proses pembelajaran adalah penggunaan sebuah metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran. Menurut Nana Sujana (2003: 76), metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam berhubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Banyak faktor yang menyebabkan sebuah metode tidak selalu sesuai digunakan. Faktor tersebut antara lain, guru, peserta didik, tujuan, situasi, dan fasilitas. Perpaduan faktor-faktor tersebut menjadi pertimbangan utama dalam menentukan model/metode mana yang paling baik digunakan demi kelancaran proses pembelajaran.
Kurangnya metode yang bervariasi juga sering menjadi penyebab kurang berhasilnya penyampaian materi pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan berbagai metode pembelajaran dengan prinsip-prinsip berfokus pada peserta didik, pembelajaran terpadu, belajar tuntas, pemecahan masalah pengalaman belajar, fasilitator, dan sebagainya.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan dalam pembelajaran IPS kelas VII A Semester 2 di SMP Negeri 1 Tawangharjo pada materi Kegiatan Ekonomi, diperoleh informasi bahwa masih belum optimalnya hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi Kegiatan Ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya hasil penilaian harian peserta didik. Dikatakan rendah dikarenakan nilai rata-rata penilaian harian yang diperoleh peserta didik tidak mencapai Ketuntasan Belajar Minimal (KBM).
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada saat proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, guru memegang peranan utama. Pembelajaran hanya menggunakan media buku paket dan metode ceramah. Guru kurang melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran.
Dari keadaan inilah peserta didik menjadi merasa jenuh dan malas mengikuti pembelajaran. Dari hal tersebut peserta didik menjadi berlomba-lomba menghafal materi tanpa mampu berfikir kritis dan logis dalam menyikapi berbagai materi pengetahuan yang telah mereka pelajari. Keterbatasan jumlah alokasi waktu yang hanya 4jam/minggunya juga menambah peserta didik menjadi merasa berat untuk dapat menyerap materi pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu adanya perubahan metode pembelajaran. Melalui metode pembelajaran Discovery Learning yang menggunakan masalah nyata dalam kegiatan pembelajaran diharapkan akan menjadi salah satu hal positif yang dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Tawangharjo.
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, sehingga peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat simpulan-simpulan. (Implementasi Kurikulum 2013, Materi Pelatihan Guru, Ilmu Pengetahuan Sosial SMP, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2013) Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery-Inquiry : (1) Stimulasi/Pemberian Rangsangan. (2) Pernyataan/Identifikasi Masalah. (3) Pengumpulan Data. (4) Pengolahan Data. (5) Pembuktian. 6) Penarikan Simpulan/Generalisasi. (Syah, 2004, dalam Materi Pelatihan Guru, Ilmu Pengetahuan Sosial SMP, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2013).
Dengan menggunakan metode Discovery Learning dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik ,dimana peserta didik membangun sendiri pengetahuannya. Hasil belajar peserta didik juga meningkat sehingga dapat mencapai Ketuntasan Belajar Minimal (KBM).
Endang Setyowati, S.Pd
Guru IPS SMP Negeri 1 Tawangharjo