JATENGPOS.CO.ID, – Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu, penguasaan sikap, dan kepercayaan pada siswa. Keberhasilan pembelajaran akan tercapai salah satunya jika terjadi interaksi antara guru dan siswa. Guru merasa nyaman untuk membelajarkan siswa dan siswa merasa mempunyai keleluasaan dalam mengeksploitasi dan mengeksplorasi materi pelajaran.
Pada kenyataannya pembelajaran yang dilakukan selama ini masih menggunakan pembelajaran konvensional. Guru tidak mempersiapkan materi, bahan ajar, media atau alat pembelajaran yang diperlukan dan tidak menggunakan metode mengajar yang bervariasi. Guru bertindak sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi sehingga tidak terjadi interaksi antar guru dan siswa. Â Hal tersebut menyebabkan siswa cenderung pasif, merasa bosan dan cenderung tidak ada semangat untuk mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas tujuan penlisan artikel ini adalah untuk menjelaskan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan metoda pembelajaran penemuan terbimbing. Menurut Oemar Hamalik pembelajaran penemuan terbimbing (guided inqury approach) Â melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan melakukan penyelidikan, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat benar. Dalam model pembelajaran ini guru perlu memiliki ketrampilan memberikan bimbingan, yakni mendiagnosis kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Roestiyah NK (1991) menyatakan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan penemuan terbimbing memiliki langkah-langkah merumuskan masalah, merumuskan hipotesa, mengumpulkan data, menguji hipotesa, menarik kesimpulan.
Teori diatas dapat dibuktikan dalam suatu penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMPN 1 Tirtomoyo kelas IX tahun pelajaran 2016/2017. Sumber data diperoleh dari hasil tes tiap siklus. Teknik Pengambilan data yang digunakan dengan metode tes dan observasi. Validasi data yang diperoleh dengan menggunakan triangulasi data. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan (planning),  tahap pelaksanaan tindakan (acting), tahap observasi (observing), tahap refleksi    (reflecting).
Hasil tes pra siklus menyatakan bahwa hanya 9.375% siswa yang mencapai KKM. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran dan angket pra siklus dilaksanakan tindakan siklus I dengan penerapan pembelajaran melalui pendekatan penemuan terbimbing (guided inquiry approach). Setelah tindakan I terlaksana, diperoleh hasil nilai kognitif siswa  28.125% siswa mencapai nilai KKM. Pada siklus I mengalami kenaikan 18,75% tetapi belum memenuhi target sehingga perlu adanya tindakan siklus II.
Pada Tindakan II terjadi diperoleh hasil kognitif siswa menjadi 93.75% siswa mencapai nilai KKM. Adanya peningkatan nilai kognitif siswa dari siklus I dan II dikarenakan adanya perbaikan langkah pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestiyah NK (1991) bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan penemuan terbimbing memiliki langkah-langkah merumuskan masalah, merumuskan jawaban sementara, mengumpulkan data, menguji hipotesa, dan menarik kesimpulan.
 Dari dua siklus yang dilakukan oleh peneliti dapat disimplkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing (guided inquiry approach)  dapat meningkatkan hasil belajar  siswa kelas IX SMPN 1 Tirtomoyo.