JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Pada awal tahun 2020, negara di seluruh dunia termasuk Indonesia terkena dampak pandemi Covid 19 yang menyebabkan sebagian besar bahkan seluruh masyarakat di Indonesia harus bekerja dari rumah atau work from home dan tidak sedikit yang terpaksa harus dirumahkan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pemerintah menganjurkan masyarakat untuk tetap berada di rumah guna memutus mata rantai penyebaran virus Covid 19.
Hal tersebut berdampak pada penurunan tingkat ekonomi masyarakat salah satunya pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Di masa pandemi, terdapat sekitar 40% UMKM yang terpaksa berhenti beroperasi karena tidak mampu untuk bertahan dan melanjutkan usahanya. Berdasarkan keputusan pemerintah, pada bulan Juni 2020 mulai diterapkan kebijakan new normal dengan tujuan agar perekonomian negara dapat berputar kembali.
Krisis ekonomi yang terjadi salah satunya disebabkan oleh UMKM yang merupakan tulang punggung perekonomian negara mengalami penurunan. UMKM yang merupakan penyangga produksi nasional tengah mengalami ketidakstabilan dari sisi permintaan dan penawaran yang berdampak pada penurunan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan Survei Kajian Cepat Dampak Pandemi Covid 19 terhadap Kinerja UMKM yang dilakukan oleh Biro Kerja Sama, Hukum dan Humas LIPI yang melibatkan 679 valid responden yang memiliki pekerjaan utama sebagai pelaku usaha menunjukkan bahwa selama pandemi, 94,69% usaha mengalami penurunan penjualan. (bkhh.lipi.co.id).
UMKM merupakan pelaku bisnis yang bergerak diberbagai bidang usaha yang bertujuan memenuhi kepentingan masyarakat. Menurut Badan Pembangunan Nasional (Bappenas), UMKM memiliki kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian di Indonesia yang meliputi penyerapan tenaga kerja terbanyak, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih besar dari kontribusi usaha besar, dan menjadi sarana bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk menjalankan kegiatan ekonomi produktif. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Sensus Ekonomi dari Badan Pusat Statistik pada 2016, UMKM menyerap hingga 89,2% dari total tenaga kerja, berkontribusi terhadap 60,34% dari total PDB nasional, menyumbang 14,17% dari total ekspor, dan menyumbang 58,18% dari total investasi. Untuk mengembalikan peran UMKM terhadap perekonomian Indonesia ditengah pandemi, pemerintah mulai mengeluarkan berbagai kebijakan physical distancing guna mengurangi dampak pandemi dan meminta masyarakat untuk mematuhi peraturan. Pemerintah mulai menerapkan kondisi new normal supaya ekonomi tetap berputar. Untuk itu, pelaku UMKM perlu meningkatkan produktivitas dan kreativitas untuk bisa bertahan dan mencapai keuntungan.
Produktivitas merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan kesejahteraan UMKM. Produktivitas juga menjadi tolok ukur dalam menentukan keberhasilan UMKM ditengah ketatnya persaingan dan kemampuan bertahan dimasa pandemi. Ditengah pandemi, produktikvitas tetap dapat dilakukan dengan menggunakan e-commerce dan digital marketing untuk mempromosikan produk UMKM kepada masyarakat yang daya belinya cenderung menurun. Selain meningkatkan produktivitas, pelaku UMKM juga harus meningkatkan kreativitas melalui pembuatan produk yang inovatif dan kreatif. Konsumen cenderung ingin sesuatu yang baru sehingga UMKM perlu memberikan inovasi agar dapat menarik pelanggan dengan segmen yang berbeda, terlebih di era new normal, kebiasaan-kebiasaan baru masyarakat mulai terbentuk. Kreatif dan inovatif tidak hanya terkait dengan penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya, dan lingkungan. Dengan meningkatkan produktivitas melalui adaptasi dan meningkatkan kreativitas melalui inovasi diharapkan para pelaku UMKM dapat mempertahankan bisnisnya di era new normal serta dapat membantu meningkatkan kembali perekonomian negara yang mulai lesu.
Peran UMKM
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Menurut data BPS 2016, terdapat 26,26 juta UMKM di Indonesia yang berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja yang mencapai 98,33%. UMKM sebagai penopang perekonomian nasional berperan dalam menambah devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar atau sebesar 4,86% dari total ekspor secara keseluruhan. Kontribusi UMKM terhadap devisa negara yang tidak lebih besar dari kontribusi usaha menjadi alasan pemerintah untuk lebih memberdayakan UMKM. UMKM menjadi sumber kekuatan dalam pelaksanaan ekonomi kerakyatan sehingga keberadaannya harus dilindungi dan diberdayakan pemerintah. Meskipun telah mendapat perhatian lebih dari pemerintah, namun pelaku UMKM harus tetap kreatif, inovatif, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman agar mampu bertahan dan bersaing dengan industri lainnya, terlebih sejak adanya pandemi covid 19 yang menyebabkan menurunnya perekonomian salah satunya disebabkan oleh penurunan UMKM. Selama covid 19 pemerintah menghimbau kepada masyarakat untuk berdiam diri di rumah yang berdampak pada perubahan perilaku konsumen. Terdapat empat perubahan besar perilaku konsumen saat pandemi covid 19. Pertama, stay at home lifestyle, yang merujuk pada gaya hidup baru dengan tetap berdiam di rumah dengan aktivitas bekerja, menikmati hidup, dan bermain. Kedua, emphatic society yaitu munculnya masyarakat yang memiliki empati, belas kasih, dan rasa solidaritas yang tinggi. Ketiga, go virtual yang mengharuskan masyarakat menggunakan media digital dalam menjalankan aktivitas. Keempat, bottom of pyramid yaitu kebutuhan manusia yang bergeser ke dasar pyramid yaitu makanan, kesehatan, dan keamanan jiwa raga. Empat perubahan besar perilaku tersebut menumbuhkan 30 kondisi baru yang prospektif secara bisnis yang dapat dilakukan oleh UMKM. Konsumen mengalami perubahan untuk melakukan belanja online yang tidak hanya terbatas pada barang- barang sekunder dan tersier yang sedang viral tetapi bergeser ke bahan makanan, sembako, makanan, dan kebutuhan sehari-hari. Dari kondisi tersebut salah satu cara bagi pelaku UMKM agar mampu bertahan dan bersaing di era new normal adalah harus mampu beradaptasi dan berinovasi untuk memenuhi target pasar salah satunya melalui peningkatan produktivitas dan kreativitas bagi para pelaku UMKM.
Peningkatan Produktivitas Menggunakan E-commerce
Produktivitas merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan kesejahteraan UMKM. Produktivitas dapat dijadikan tolok ukur kesejahteraan UMKM. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas dan kreativitas adalah melalui adaptasi dan inovasi. Adaptasi yang dimaksud adalah kemampuan UMKM dalam melakukan penyesuaian dengan kondisi yang ada yaitu era new normal. Berdasarkan situasi yang terjadi, adaptasi dapat dilakukan dengan cara beralih dari pemasaran offline menjadi pemasaran online melalui e-commerce atau melalui platform digital. E-commerce merupakan suatu proses jual beli barang antara perusahaan ke konsumen atau antar perusahaan menggunakan media elektronik seperti komputer sebagai perantara transaksi bisnis. Pada awalnya, e-commerce merupakan sebuah mekanisme penjualan ritel online, namun semakin berkembangnya zaman, e-commerce telah berkembang dan menciptakan pasar digital dengan transparansi harga, kemudahan akses, dan membuat jual beli produk menjadi lebih efisien. Dengan adanya e-commerce, pelaku UMKM dapat tetap produktif karena dapat dengan mudah memasarkan produk kepada konsumen sehingga penjualan dapat meningkat. Beberapa e-commerce yang dapat digunakan oleh pelaku UMKM antara lain shopee, bukalapak, tokopedia, OLX, lazada, dan sebagainya. Melalui e-commerce pelaku UMKM dapat bertahan bahkan berpotensi dapat memperluas jangkauan pasar ke berbagai penjuru tanah air.
Selain menggunakan e-commerce, pelaku UMKM dapat memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produknya di tengah pandemi covid 19 karena penggunaan internet ditengah pandemi sudah seperti sebuah keharusan. Digital marketing merupakan kegiatan untuk memasarkan produk melalui sosial media seperti instagram, facebook, twitter, dan lain-lain. Terdapat beberapa bentuk pemasaran digital yang dapat diadopsi oleh pelaku UMKM antara lain berupa pembuatan video dan foto produk di media sosial yang disesuaikan dengan segmen produk yang dipasarkan dan mencantumkan hastag (#) agar produk lebih mudah ditemukan oleh konsumen, pembuatan iklan berbayar di instagram dan facebook sesuai dengan budget yang dimiliki, dan selalui berinovasi untuk membuat produk menjadi menarik serta menggunakan kalimat persuasif yang dapat menarik minat pembeli. Selain itu, UMKM juga dapat mengoptimalkan layanan delivery order, drive-thru, atau memberikan promo yang menarik untuk pembeli mulai dari promo khusus bagi pelajar atau pekerja yang melakukan aktivitas di rumah hingga memberikan keyakinan kepada pembeli bahwa produk yang dijual benar-benar aman, steril, dan terbebas dari virus covid 19. Melalui kemampuan beradaptasi tersebut, penjualan UMKM dapat meningkat karena pelaku UMKM lebih dapat menjangkau dan meyakinkan pembeli.
Peningkatan Kreativitas UMKM
Selain produktivitas, salah satu kunci keberhasilan UMKM agar mampu bertahan di era new normal adalah dengan meningkatkan kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sebuah produk yang belum pernah ada sebelumnya, inovatif, atau menciptakan sebuah produk yang berbeda dan mengandung keterbaruan dari produk sebelumnya. Kreativitas akan menghasilkan solusi dan gagasan diluar bingkai konservatif. Proses berpikir kreatif meliputi pemikiran logis dan analitis terhadap pengetahuan, evaluasi, dan implementasi, oleh karena itu para pelaku UMKM harus melatih dan mengembangkan kemampuan otak kanan dan otak kiri agar selalu berinovatif dan selalu berpikir positif agar rencana yang telah dirancang sebelumnya akan mencapai keberhasilan. Di situasi pandemi seperti yang terjadi saat ini, inovasi dapat dilakukan dengan cara memahami sektor usaha apa yang dapat mengalami peningkatan dan bisa bertahan, setelah itu memilih produk apa yang akan dipasarkan. Kemampuan menyesuaikan bahkan mengubah model bisnis dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan, mampu beradaptasi untuk mengatasi hal-hal tak terduga serta mempunyai rencana fleksibel dapat membuat UMKM bisa bertahan dan lebih unggul dibandingkan yang lain. Sebagai contoh inovasi saat pandemi adalah penjual kopi yang biasanya menjual kopi dengan ukuran cup mulai menyediakan kopi literan yang dapat digunakan sebagai stock di rumah untuk beberapa hari, atau usaha-usaha yang mulai beralih fokus bisnisnya dengan memproduksi produk-produk yang banyak dicari selama pandemi. Misalnya, UMKM yang sebelumnya memproduksi baju juga dapat menjual masker dengan memanfaatkan bahan yang tersisa berupa kain perca. Dengan demikian usaha yang dijalankan UMKM akan tetap dapat berlanjut dan mencapai keuntungan. (ren/biz)
PENULIS
Lintang Madina Cahyani
Mahasiswa S2 Program Studi Magister Pendidikan Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta