Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk mengahafal informasi. Akibatnya ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, Standar Proses Pendidikan memiliki peran yang sangat penting, karena berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Dalam implementasinya, guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru dalam merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
Mata pelajaran Geografi sangatlah luas cakupannya, karena mencakup segala sesuatu yang ada di bumi, di permukaan bumi serta di ruang angkasa meliputi persebaran, kesamaan dan perbedaan interaksi dan integrasi keruangannya.
Fakta menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA 1 Ngawen Blora pada ulangan tengah semester ganjil masih jauh dari harapan. Hasilnya menunjukkan nilai di atas KKM dari 156 siswa yang tuntas hanya 17,31% (27 siswa). Hal ini menunjukkan masih rendahnya hasil belajar yang tejadi. Perolehan hasil belajar tersebut menunjukkan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru, maupun sarana dan prasarana yang mendukung, minat dan motivasi siswa yang rendah.
Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya adalah pemilihan pendekatan dan metode yang kurang tepat, keaktifan siswa yang rendah, umpan balik siswa pada guru yang masih rendah, media pembelajaran yang kurang menarik sehingga pembelajarannya monoton.
Usaha yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan situasi pembelajaran yang membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan mengubah strategi pembelajaran yaitu strategi pembelajaran kooperatif dan strategi pembelajaran berbasis masalah.
Dutch dalam Amir, M. Taufiq (2009 : 21) merumuskan PBL merupakan metode intsruksional yang menantang mahasiswa agar “belajar untuk belajar,” bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata.
Pembelajaran kooperatif, menurut Sanjaya, Wina (2009 : 242), merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).
Hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa : (1) hasil belajar dengan model Pembelajaran Kooperatif (Student Facilitator and Explaining) diperoleh deskriptif frekuensi siswa yang mendapat nilai di atas KKM terdapat 23 siswa atau sebesar 63,88%, (2) model Pembelajaran Berbasis Masalah diperoleh frekuensi perolehan nilai siswa di atas KKM sebesar 27 siswa atau sebesar 75%, (3) model Pembelajaran Ceramah diperoleh frekuensi siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebesar 21 siswa atau sebesar 52,50%.
Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining dengan metode pembelajaran Ceramah sama efektifnya terhadap hasil belajar Geografi pada KD Pemanfaatan Lingkungan Hidup dalam Kaitannya dengan Pembangunan Berkelanjutan siswa kelas XI IPS, (2) model Pembelajaran Berbasis Masalah lebih efektif dibandingkan model Pembelajaran Ceramah terhadap hasil belajar Geografi pada KD Pemanfaatan Lingkungan Hidup dalam Kaitannya dengan Pembangunan Berkelanjutan siswa kelas XI IPS, (3) model Pembelajaran Berbasis Masalah lebih efektif dibanding dengan model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining terhadap hasil belajar Geografi pada KD Pemanfaatan Lingkungan Hidup dalam Kaitannya dengan Pembangunan Berkelanjutan siswa kelas XI IPS.
Jadi model pembelajaran berbasis masalah paling efektif dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining dan model pembelajaran ceramah.
Efan Subiantoro
( Guru Geografi , SMA N 1 Ngawen Blora )