Experiental learning menurut David Kolb (dalam Edy Satriyono Rahman, 2016: 25) didefinisikan belajar sebagai proses bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman. Dalam experiential learning, pengalaman mempunyai peran sentral dalam proses belajar. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu: (a) mengubah struktur kognitif siswa, (b) mengubah sikap siswa, (c) memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang sudah ada.
Terdapat 4 tahapan Experiental learning. Tahap-1 yaitu Concrete experience, dimana guru memberikan rangsangan dan motivasi pengenalan terhadap pengalaman, peka terhadap situasi dan guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) mengenai hasil potensial atau memiliki seperangkat hasil-hasil alternatif tertentu. Tahap-2 Reflektif observation dimana Guru membantu siswa mengamati sebelum membuat suatu keputusan dengan mengamati lingkungan dari perspektif-perspektif yang berbeda dan memandang dari berbagai hal untuk memperoleh suatu makna. Pada tahap ini merupakan belajar melalui persepsi. Fokus untuk memahami ide dan situasi dengan melakukan observasi secara hati hati.
Lalu tahap-3 Abstrac conceptualization dimana dilakukan denga analisis logis dari gagasan dan bertindak sesuai dengan pemahaman pada suatu situasi sehingga memunculkan ide-ide atau konsep-konsep baru dan melatih untuk belajar dengan pemikiran yang tepat dan teliti menggunakan pendekatan sistematik untuk menstruktur dan menyususn kerangka fenomena. Dan Tahap-4, Active experimentation dimana Peserta didik diarahkan untuk menggunakan teori dalam memecahkan masalah-masalah dan mengambil keputusan. Peserta didik diajak untuk belajar melalui tindakan, menekankan pada aplikasi praktis dalam konteks kehidupan nyata.
Penerapan experiental learning dilakukan untuk menciptakan proses belajar yang lebih bermakna untuk siswa. Dengan demikian, siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari sehingga memiliki pengalaman baru untuk setelah pembelajaran berlangsung experiential learning (Rita Irawati, 2015: 4). Penerapan experiental learning di SMP Negeri 3 Satu Atap Sumberlawang dilakukan sesuai 4 tahap yang ada.
Tahap-1 Concrete experience experiental learning dilakukan dengan pemberian tayangan slide foto mengenai Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia. Lalu para siswa diminta membandingkannya dengan kondisi alam tempat tinggal siswa sendiri. Lalu Tahap-2 Reflektif observation dilakukan dengan Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan anggota terdiri 4-5 siswa per kelompok. Tiap kelompok diberikan alat dan bahan. Mereka ditugaskan membuat gambar sederhana mengenai apa yang mereka pikirkan berdasarkan slide foto pada tahap 1.
Pada tahap-3 Abstract conceptualization, tiap kelompok aktif berdiskusi lalu menuangkannya pada alat dan bahan yang disediakan. Hasil diskusi lalu dipresentasikan tiap kelompok dengan kelompok lain memberikan tanggapan. Kemudian tahap-4 Active experimentation dilakukan dengan guru memberikan penjelasan mendalam agar siswa lebih memahami materi Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia yang dibahas. Khususnya potensi sumber daya alam di sekitar tempat tinggal siswa sendiri.
Masdar Hilmi, S.Pd., M.Pd.
SMP Negeri 3 Satu Atap Sumberlawang,
Sragen