spot_img
27.7 C
Semarang
Jumat, 27 Juni 2025
spot_img

Kisah Doktor jadi Pemulung di Blora ( Part 3/3 )

Pram Teriak Allohuakbar Saat Bapaknya Meninggal

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG –  Beban berat akibat tuduhan PKI dirasakan para orang tua dan anak cucunya hingga sekarang. Tak terkecuali yang dirasakan Dr. Soesilo Toer, pria bergelar doktor yang harus jadi pemulung di Blora. Akibat tuduhan itu, doktornyapun tidak laku hingga sekarang.

Itulah yang dirasakan Dr. Soesilo Toer (adik kandung sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer). Bahkan kini harus menjadi pemulung karena gelar doktornya tidak laku. Gara-gara pernah ditahan dan dicap PKI oleh orde baru. Padahal dia bersama keluarganya adalah muslim sejati. Itu bisa dilihat dari kakek neneknya dahulu.

“Mbah saya, bapaknya bapak saya, itu dulu penghulu di Kediri. Bapak saya sendiri (Mas Toer.red), dulu juga punya cita-cita jadi penghulu. Masak kami dicap PKI?,”tanya Pak Sus, panggilan akrab Dr.Soesilo Toer, serius.

Bahkan menurut Pak Sus, kakaknya Pramoedya Ananta Toer, sastrawan yang buku-bukunya dituduh propaganda PKI, itu, adalah Islam tulen. KTP nya juga Islam. Ikut sunat layaknya orang Islam, dan berusaha ibadah.

“Malah pada saat bapak saya meninggal, Pram lah yang teriak Allohuakbar. Dia meneriakkan takbir dengan keringat bercucuran. Lha masak kami ini dicap PKI,”tanyanya lagi.

Lantas, kalau muslim sejati, kenapa dicap PKI hingga sekarang? Pria brewokan putih itu menjelaskan, semua itu akibat pemerintah orde baru dulu sangat represif. Terutama dengan paham marxisme leninisme. Paham kebebasan (liberty) dan revolusi yang dianut oleh komunis di Rusia. Pram, kakaknya yang kala itu sastrawan besar sering menulis buku yang berisi kebebasan berfikir tersebut. Sebagai sastrawan dan penulis buku, Pram dulu juga aktif di lembaga kesenian Lekra (Lembaga Kesenian Rakyat), yang dituduh milik PKI.
“Pram memang punya konsep, your mind can not bi impression. Pikiranmu tidak bisa diberangus. Yang utama adalah kebenasan, liberty. Itulah Pram,”tambahnya.

Tetapi Pak Sus tidak habis pikir, kenapa hanya karena pemikiran yang bebas itu lalu dicap PKI? Padahal Pram dan keluargnya juga bukan anggota PKI (Partai Komunis Indonesia). Tetapi kalau pemikiran komunis, dia akui Pram memang benar.

“Kalau terlibat PKI saya kira tidak, karena Pram bukan anggota PKI, partai yang sekarang dilarang itu. Tapi kalau dianggap komunis, menurut saya iya. Kenapa? Komunis itu adalah orang yang mampu membiayai hidupnya sendiri. Tidak mau menjadi budak orang lain. Apakah itu jelek? Menurut saya bagus. Mosok gitu dilarang,”imbuhnya.

Pak Sus, juga mengaku tidak habis pikir dengan orang-orang sekitarnya yang masih negatif kepadanya. Pernah suatu saat ada lurah di Blora yang datang ke rumahnya. Saat itu dia lagi ronda di pos bersama tetangga. Dia menegur pak Sus karena sampahnya bau.
“Lalu dia saya tanya, apakah ada orang yang mati akibat bau? Kalau bapak bilang bau, bapak jangan duduk di sini dong, karena tempat ini bau, karena pos ini saya yang nyumbang Rp 2 juta dari sampah,”kata doktor ilmu politik dan ekonomi Rusia itu.

Lurah tersebut tidak bisa menjawab apa-apa. Bahkan sama Pak Sus dikata-katain jangan sembarangan ngomong, karena kita semua lahir dari yang bau bau.

“Bapak itu juga lahir dari yang bau-bau kan? Karena tidak bisa menjawab, lurah tersebut bilang begini: “susah ngomong sama bekas tahanan PKI”. Loh, urusan bau kok dikaitkan PKI? Wong tahun 65 saja dia belum lahir. Tapi kok macem-macem tuduhanya. Saya sempat emosi dan hampir saya ludahi orang itu, saya berani karena jelek-jelek gini saya mantan pejuang pembebasan Irian Barat bersama pak Harto,”tambah Pak Sus.

Menurut pengarang sekitar 40 buku tersebut, tuduhan PKI ini lebih banyak fitnahnya. Misal soal Gerwani yang dituduh membunuh para jendral di Lubang Buaya Jakarta. Menurutnya itu juga tidak benar. Sebab saat peristiwa terjadi, Gerwani itu latihan berjarak 10 Km dari lubang buaya.

“Selain itu, dari hasil autopsi diketahui jika para korban terbunuh secara terorganisir. Masak Gerwani bisa melakukan itu?.”

Dia mengakui, kalau faham komunisme memang ada. Dan Pram, kakaknya menganutnya. Karena komunis itu adalah paham bagaimana orang bisa menghidupi dirinya sendiri. Tetapi semua manusia itu tidak ada yang tidak ber Tuhan (atheis).

“Bahkan orang Rusia sendiri tidak ada yang atheis kok. Disini orang Islam kalau kaget bilang astaqfirullah. Disana kalau ditepuk pundaknya kaget bilang spasiba. Artinya selamatkan saya Tuhan. Masak kayak gitu dibilang atheis. Itu theis namamya. Jadi semua manusia itu ber Tuhan. Susah kalau manusia tidak ber Tuhan.”

Makanya dia juga heran dengan tuduhan PKI kepada Pram. Apa lagi, Pram hanya lulusan SD. Belum lagi, ada sastrawan lain yang tidak suka Pram juga membuat tuduhan macam-macam.

“Dulu ada dirjen kebudayaan, namanya prof doktor Edi Setyawati, saudaranya NH Dini dari Semarang, dia mengatakan buku Bumi Manusia karangan Pram itu mengandung ajaran marxisme leninisme yang terselubung. Pram itu kapan belajar marxisme leninisme, wong dia hanya tamat SD. Saya yang doktor saja tidak paham. Harusnya dia yang ditangkap asal tuduh, bukan Pram,”katanya.

Adik Pram sembilan bersaudara ini mengatakan, memang seharusnya ada upaya rekonsiliasi yang nyata antara yang diuduh PKI dan yang anti PKI. Supaya yang dituduh tidak menanggung akibatnya. Dan tidak ada dendam diantara kita semua. Tetapi semua kembali kepada iktikat baik semua anak bangsa. (tamat)

spot_img

TERKINI