JATENGPOS.CO.ID, – Bagi umat Islam dimana saja berada, puasa bulan Ramadhan merupakan kewajiban individual yang harus dilakukan setiap tahun sekali ( sebulan ). Waktunya ditentukan oleh Allah secara khusus ( Ramadhan), tidak bersifat kondisional.
Pada tahun 2025, pemerintah Indonesia menetapkan awal puasa Ramadhan 1446 hijriah pada 1 Maret. Tentunya, respon umat Islam beragam. Ada yang senang, ada yang sedih dan ada yang bisa biasa saja. Yang senang mencerminkan tingkat kesadaran dan pemahamannya tentang bulan suci Ramadhan dan berbagai hikmahnya. Yang sedih setidak mencerminkan kurangnya pemahaman tentang bulan suci Ramadhan dan hikmahnya. Sedangkan yang biasa biasa saja ( permisif) setidaknya mencerminkan tidak adanya kepedulian terhadap bulan Ramadhan.
Secara naqliyah, perintah berpuasa Ramadhan diterangkan secara implisit dalam Al Qur’an dan Al Sunnah. Demikian pula tentang kaifiyah atau panduan teknisnya, sehingga secara sederhana, tanpa membutuhkan kecerdasan yang tinggi, bisa dipahami secara mudah.
Nikmat besar
Menurut Islam, ada dua kenikmatan besar bagi pemeluknya, yaitu kenikmatan sehat dan kenikmatan bulan Ramadhan. Tidak semua orang sehat dan tidak semua orang bisa sampai pada bulan Ramadhan. Karena itu sejak datangnya bulan Rajab, banyak umat Islam yang berdosa, “allahumma bariklana fi rajaba wa sya’bana wa balighna Ramadhana.”
Artinya, yaa Allah, berkailah bulan Rajab dan sya’ban dan sampaikan kami pada bulan Ramadhan.
Bagi yang bisa sampai pada bulan Ramadhan, artinya bisa mengikuti puasa bulan Ramadhan, berarti doanya diijabah oleh Allah SWT dan termasuk golongan orang yang beruntung. Sebab, tidak sedikit yang menginginkan datangnya bulan Ramadhan juga telah berdoa, tetapi tidak sampai, karena meninggal dunia.
Bagi yang sampai perlu bersyukur, karena merupakan nikmat yang besar. “Lain sakartum laazidannakum walain kafartum Inna ‘afldzabi lasadid.”
Tentunya nikmat besar tersebut akan dibarengi dengan nikmat nikmat kecil yang jumlahnya sangat banyak. “Wain ta’uddu nikmatallahi la tukhshuha.”QS. An nahl :18.
Elaborasi dua ayat tersebut dalam konteks kekinian, antara lain kita perlu bersyukur bisa melaksanakan berpuasa Ramadhan dalam keadaan sehat, tidak terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak terkena bencana alam, berkumpul keluarga dan sebagainya. Nikmat tersebut akan bertambah lagi dengan mendapatkan tunjangan hari raya ( THR), gaji ke 13, parcel, bisa membeli pakaian, aneka hidangan untuk idul Fitri, berkumpul dengan keluarga, dan sebagainya.
Tentunya, bagi umat Islam yang memiliki kesadaran dan pemahaman yang baik tentang bulan Ramadhan dan berbagai hikmahnya, akan selalu berdoa, semoga dipertemukan dengan bulan Ramadhan tahun mendatang yang merupakan bentuk kenikmatan besar.
Dua hal penting
Ada dua hal penting yang perlu dilakukan oleh umat Islam menjelang datangnya bulan Ramadhan. Pertama, menyambutnya dengan senang dan riang gembira. Kedua, meminta ampun kepada Allah ( bertaubat) dan meminta maaf kepada sesama manusia.
Menyambut datangnya bulan suci dengan senang dan riang gembira menjadi penting, karena bulan tersebut merupakan bulan mulia dan istimewa. Allah SWT selain memberikan diskon besar ( Rahmah ) bagi pelaku ibadah mahdloh dan sunah, memberikan grasi ( Maghfiroh) bagi pelaku dosa, juga menurunkan Al Qur’an.
“Syahru ramadhonalladzi unzila fihil Qur’an hudan linnasi wabayyinatin minalhuda wal Furqon. Faman Syahida minkum alsyahro falyashumhu.”
QS Al Baqarah ayat 185.
Dalam kitab “Durrotun Nasikhin”, disebutkan orang yang merasa senang ketika datang bulan Ramadhan, maka akan mendapatkan prevelage dari Allah SWT, diantaranya diampuni dosanya ( bukan dosa besar) dan dijauhkan dari api neraka.
“Man farikha bidukhuli ramadhona harramallahu jasaduhu ‘alanniran.”
Artinya, barang siapa yang hatinya merasa senang menyambut datangnya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan ( memberikan ampunan) dari api neraka.
Sampai sekarang ini ada semacam tradisi, meminta maaf kepada sesama umat Islam, terutama kepada keluarga, saudara, teman, relasi menjelang bulan Ramadhan. Tradisi ini sangat baik, bahkan dianjurkan, dengan harapan bisa melaksanakan puasa Ramadhan dengan riang gembira tanpa beban.
Permintaan maaf kepada sesama sangat dianjurkan, meskipun tidak harus setiap menjelang bulan Ramadhan. Dan tidak ada dalil yang melarangnya meminta maaf menjelang datangnya bulan Ramadhan, karena meminta maaf mendekatkan kepada taqwa dan memberikan kebaikan.
Allah berfirman, “khudzil ‘afwa wakmur bil ‘urfi wa a’ridh ‘anil jahilina,” QS Al a’raf :99.
Juga, “Wain ta’fu aqrobu Lil taqwa,” QS Al Baqarah : 237.
Dengan berdasarkan dalil tersebut, mari kita sambut bulan romadhon dengan riang gembira, karena merupakan nikmat besar dan juga berpuasa dengan tanpa beban kesalahan kepada sesama. Semoga, kita diberikan kekuatan mengisi kegiatan Ramadhan dengan amal saleh. (*)
Oleh:
Mufid Rahmat
(Wakil Ketua PWNU Jateng)