Fenomena Touring Motor di Kalangan Siswa SMP

Nur Anna, S.Pd. Guru BK SMP Negeri 1 Giriwoyo, Wonogiri
Nur Anna, S.Pd. Guru BK SMP Negeri 1 Giriwoyo, Wonogiri

JATENGPOS.CO.ID – Touring motor merupakan kegiatan perjalanan jauh menuju ke suatu tempat dengan menggunakan motor. Pada saat ini istilah touring sudah sangat melekat dalam ingatan masyarakat Indonesia, bukan hanya di kalangan orang dewasa tetapi sudah merambah di kalangan anak usia sekolah. Hal ini dapat dilihat ada sekelompok anak muda dengan mengendarai motor di jalan raya melakukan perjalanan menuju ke suatu tempat pada saat libur hari minggu ataupun libur tanggal merah.

Dilihat dari segi manfaatnya sebenarnya touring adalah salah satu kegiatan refreshing yang pada umumnya  biasa dilakukan oleh komunitas pengguna mobil dengan merk tertentu ataupun motor besar. Tujuan mereka mengadakan touring adalah untuk melakukan perjalanan menuju ke suatu tempat secara bersama sehingga terjalin keakraban dengan teman dalam satu komunitas. Mereka juga mengadakan kegiatan amal setelah tiba di kota tujuan dan juga melakukan kegiatan sosial seperti membersihkan tempat-tempat ibadah dan tempat wisata.

Sedangkan yang terlihat saat ini  adanya  anak muda bahkan anak usia sekolah yang membentuk komunitas tertentu dan melakukan touring dengan motor mereka. Yang sangat disayangkan, mereka sebenarnya anak-anak yang belum siap untuk mengendarai motor dengan jarak yang jauh karena mereka belum mengerti kegiatan yang dilakukan itu penuh dengan resiko, seperti kecelakaan lalu lintas dan terjaring razia Surat Ijin Mengemudi (SIM).

Baca juga:  Urgensi Perempuan Dalam Mendidik Anak

Dalam perkembangannya  anak usia remaja mengalami perubahan hubungan lingkungannya seperti dengan keluarga, sekolah dan kelompok sebaya. Tujuan perkembangan selama masa remaja bagi anak laki-laki lebih diwarnai keinginan untuk memperoleh penerimaan dan kebebasan yang akan lebih mudah dicapai dalam suatu kelompok.


Perkembangan imajinasi pada remaja  melibatkan  berbagai pengalaman coba-coba atau eksperimen dalam lingkup sosial yang berbeda. Maka tahap ini merupakan penentuan jati diri atau perkembangan identitas.  Secara psikis remaja umumnya mengalami puncak emosional. Perkembangan emosi remaja awal (usia ± 12-18 tahun) menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosional bersifat negatif  dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, murung).

Remaja sudah dapat berperilaku tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja. Tetapi meningkat pada kepuasan psikologis seperti rasa diterima, dihargai dan penilaian positif dari orang lain. Namun perkembangan moral remaja baru berkisar  pada perilaku yang sesuai dengan tuntutan  dan harapan kelompoknya saja. Remaja memilih teman yang mempunyai sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya. Misalnya minat, sikap, hobi, nilai-nilai dan kepribadiannya. Selain itu remaja juga sudah mengalami perkembangan kepribadian yaitu masa berkembangnya identitas diri  yang akan menjadi bekal di masa dewasa. Terkait dengan pencarian jati diri itu remaja mulai risau mencari tokoh idola yang menjadi panutan dan kebanggaan misalnya artis, tokoh politik, pemimpin dan lain-lain.

Baca juga:  Mengenal Flora Fauna Indonesia dengan Pe-Tem

Perhatian  orangtua terhadap perilaku anak sangatlah penting karena anak usia remaja butuh diakui sebagai pribadi yang memiliki peran dalam kehidupan. Orangtua sebaiknya selalu berkomunikasi dengan anak dan melibatkan mereka dalam sebuah kegiatan yang positif sehingga anak tidak punya kesempatan untuk melakukan hal-hal yang bersifat negatif.  Kasih sayang orangtua adalah salah satu kunci kemapanan sikap anak. Terbukti  bahwa anak yang mendapatkan kasih sayang dan perhatian sesuai porsinya, mereka lebih memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan bagi ligkungan serta mereka dapat memilih perbuatan yang layak dia lakukan ataupun tidak. Pada dasarnya tidak ada satupun orangtua di dunia ini yang ingin anaknya melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat.

Baca juga:  Membangun Budaya Anti-Kekerasan pada Siswa

Kegiatan touring ini secara cepat harus ditangani sebelum anak terlanjur merasa nyaman dengan yang dilakukannya. Orangtua sebaiknya  mengajak diskusi  anak tentang apa tujuan  mereka mengikuti touring, sehingga orangtua tau alasan anak mengikuti kegiatan tersebut. Bentuk perhatian seperti itu harus diberikan  kepada anak agar mereka merasa nyaman, merasa dilindungi dan terbebas dari pengaruh buruk yang sedang berkembang.

Nur Anna, S.Pd.
Guru BK SMP Negeri 1 Giriwoyo, Wonogiri