Pembelajaran dalam jaringan (daring) yang dilaksanakan di masa pandemi covid-19 memberikan tantangan tersendiri dalam model pembelajaran kooperatif di sekolah. Dalam pembelajaran daring, guru dan siswa tidak bertatap muka secara langsung. Pelaksanaan pembelajaran daring dilakukan melalui perangkat elektronik yang terhubung dengan koneksi jaringan internet.
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah model pembelajaran yang dimana siswa pada suatu masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk memulai pembelajaran serta memecahkan masalahnya dan merupakan salah satu pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi siswa aktif belajar dan diharapkan dapat menciptakan pengalaman belajar bagi siswa. Guru menjadi motivator, fasilitator serta pembimbing siswa dalam menyelesaikan masalah. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menurut Sri Giarti (2014:3) suatu model pembelajaran dengan masalah autentik yang diharapkan siswa dapat menyusun, mengebangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, dengan adanya pendekatan siswa diarahkan untuk lebih meningkatkan kepercayaan diri dan lebih mandiri.. Menurut Hanafi & Wahyudi (2015:5) Problem Based Learning (PBL) terdiri dari kegiatan memberikan permasalahan autentik kepada siswa, sehingga menjadikan masalah nyata sebagai dorongan untuk proses belajar sebelum mengetahui konsep formal. Pembelajaran masalah autentik pada siswa dapat melibatkan dalam memecahkan masalah nyata pada kehidupan sehari-hari, seperti yang telah dikemukakan oleh Guntara (2014:2). Tahap-tahap Problem Based learning (PBL) yang harus dilakukan menurut Wulandari (2013:4) yaitu, a) Siswa diperkenalkan dengan permasalahannya, b) Siswa diorganisasikan untuk meneliti, c) Kerja mandiri atau kelompok melakukan menginvestigasi, d) Siswa mengembangkan dan mempresentasikan hasil, e) Mengevaluasi dan mengevaluasi proses masalah.
Pelaksanaan model pembelajaran PBL secara daring di masa pandemi memerlukan aplikasi yang mendukung pelaksanaannya, salah satunya adalah aplikasi zoom. Fitur breakout room pada aplikasi zoom memungkinkan pengguna untuk membagi pertemuan hingga 50 sesi yang terpisah. Pengguna yang menjadi host dapat membagi peserta meeting ke dalam sesi terpisah secara otomatis atau manual dan dapat mengizinkan peserta untuk memilih dan memasuki sesi breakout. Selain itu, host dapat beralih antar sesi kapan saja. Langkah-langkah pembelajaran model PBL dengan memanfaatkan breakout room zoom terdiri dari:
a) Guru menayangkan presentasi materi melalui Zoom kemudian dilanjutkan dengan menjelaskannya; b) Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 5-6 orang dengan salah satunya sebagai ketua serta diberikan masalah atau soal untuk dipecahkan kemudian siswa di arahkan untuk masuk/join kedalam room kelompok menggunakan fitur breakout room pada aplikasi zoom; c) Guru memberikan waktu untuk memecahkan soal; d) Guru mempersilakan ketua untuk menjelaskan kepada teman kelompoknya terkait dengan materi dapat dilakukan dengan membagikan hasil pemahamannya dengan menggunakan fitur sharescreen pada zoom; e) Guru memfasilitasi tanya jawab antara siswa dengan ketuanya; f) Guru memberikan tanggapan serta klarifikasi jawaban; g) Siswa dan guru menyimpulkan topik hari ini dari apa yang telah dipelajari.
Diskusi kelompok yang dilakukan siswa SDN 2 Ampelsari Banjarnegara kelas V dengan 24 siswa dapat menjadi sarana sosialisasi siswa untuk lebih mengenal teman sekelasnya yang tidak dapat ditemui secara langsung. Selain meningkatkan kemampuan sosialisasi siswa pembelajaran PBL dengan memanfaatkan breakout room zoom juga meningkatkan nilai rata-rata kelas dari sebelumnya memiliki presentase ketuntasan 79.5% menjadi 94.3%.
SARWATI,S.Pd.SD
SDN 2 AMPELSARI
KEC. BANJARNEGARA
KAB. BANJARNEGARA