Era globalisasi yang serba canggih ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat sehingga menuntut setiap orang untuk menyesuaikan diri dengan perkembangannya. Untuk memenuhi kebutuhan ini dapat ditempuh melalui pendidikan sehingga dapat membentuk generasi penerus yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sangat diperlukan bagi pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan diperuntukkan bagi semua orang, sebagaimana tercantum dalam falsafah bangsa Pancasila dan UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”, negara wajib menjamin setiap warganya dapat memperoleh pendidikan termasuk didalamnya anak tunagrahita.
Tunagrahita merupakan salah satu jenis anak berkebutuhan khusus, yaitu mereka yang memiliki penyimpangan sedemikian rupa dalam perkembangan kecerdasannya, sehingga mengalami kesulitan dalam menerima pembelajaran yang bersifat abstrak. Keterbatasan yang dimiliki anak tunagrahita membuat pembelajaran yang diberikan hanya terbatas pada menulis, membaca dan berhitung dasar. Dibantu dengan media sebagai penunjang proses pembelajaran di dalam kelas untuk memudahkan proses pemahaman anak.
Seorang guru harus mampu menetapkan media yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan karakteristik belajar peserta didik. Menulis cerita adalah tindakan yang diawali dari melihat dengan mata, ingatan dan ujung jari sehingga ingatannya mengenai bentuk suatu kata dipindahkan dari tak ke ujung jari yang akhirnya akan terbentuk suatu cerita. Kemampuan tersebut dapat meningkatkan keterampilan menulis. Kemampuan menulis cerita bagi anak tunagrahita merupakan suatu hal yang sangat sulit, untuk itu diperlukan suatu media pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan menulis cerita tersebut.
Penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas akan membantu kelancaran, efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan. Bahan pelajaran yang dimanipulsi dalam bentuk media pengajaran menjadikan anak seolah tengah bermain sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan, khususnya bagi anak tunagrahita. Media gambar berseri sebagai media pembelajaran untuk anak tunagrahita mampu membuat anak tertarik, karena media tersebut secara nyata dapat dilihat dan diceritakan kembali mealui tulisan, disamping itu media cerita bergambar mampu menumbuhkan minat dan kreatifitas anak tunagrahita dalam mengungkapkan apa yang dilihatnya dan menuangkannya dalam tulisan. Media gambar berseri bermanfaat untuk mengarahkan siswa dalam berimajinasi dengan demikian gambar berseri sekaligus bisa merefleksikan bahasa.
Guru memilih dan menentukan gambar berseri yang akan digunakan dalam pembelajaran. Mula-mula guru menunjukkan kumpulan gambar tentang sebuah peristiwa yang berkesinambungan, guru melakukan tanya jawab dengan meminta anak mengamati gambar-gambar. Anak diminta menanggapi gambar dengan bahasanya sendiri sedangkan guru memberikan pemantapan dan mempertegas hal-hal penting mengenai gambar yang tengah diamati. Anak diminta menulis karangan berdasarkan media gambar berseri dengan bimbingan dari guru, selanjutnya cerita yang telah ditulis dibacakan anak satu per satu di depan kelas.
Media gambar berseri terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerita, ini dikarenakan media gambar berseri mempunyai keuntungan menarik, melatih imajinasi siswa dan melatih daya ingat. Dengan media gambar berseri anak dapat menuangkan atau menuliskan cerita dengan sistematis sesuai urutan gambar.
Titik Idawanti, S. Pd
SLB C Shantiyoga Klaten