“Gambohyangramay” Tingkatkan Pemahaman Cerita

Hidayati Nafi’ah, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 1 Kaloran Temanggung
Hidayati Nafi’ah, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 1 Kaloran Temanggung

Pembelajaran bahasa Jawa khususnya materi teks cerita Ramayana masih kurang diminati siswa yang juga terjadi di SMP Negeri 1 Kaloran Temanggung. Dengan kondisi tersebut guru merasa perlu merubah pembelajaran agar menarik, dan siswa terlibat di dalamnya khususnya dalam mempelajari materi pemahaman cerita wayang khususnya cerita wayang Ramayana. Corey dalam Sagala (2006 : 61) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan dia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi – kondisi khusus atau atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Menurut pandangan Rooijakkers dalam Arsyad, Azhar (2008: 6), tugas utama seorang guru diantaranya mengajar, yaitu menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasikan (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam upaya meningkatkan mutu pengajaran disekolah sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Salah satu diantaranya adalah mengajar dengan menggunakan alat peraga/media.

Baca juga:  Belajar Perkalian Pembagian dengan “Kapal Bali”

Dengan kondisi demikian maka pembelajaran perlu diubah secara inovatif dengan menciptakan alat peraga dalam pembelajaran dengan memanfaatkan barang bekas di lingkungan sekitar yang dinamakan “ Gambohyangramay”. Hal itu sesuai pendapat Sanaky (2009: 12), bahwa alat peraga adalah salah satu sarana untuk mempermudah pemahaman konsep pada waktu guru dan siswa melaksanakan proses belajar mengajar. Dengan alat peraga itu, siswa akan lebih mudah menyerap materi pelajaran, terutama konsep-konsep yang bersifat abstrak.
Dalam proses pembelajaran di kelas pada implementasi kurikulum 2013, pendidikan yang berkualitas tentunya melibatkan siswa untuk aktif, guru tidak hanya bercerita atau hanya dengan metode ceramah, lepas dari alat peraga sebagai penopang keberhasilan dalam pembelajarannya. Pemahaman dan kemampuan dalam memilih dan membuat alat peraga menjadi kebutuhan guru yang utama. Lebih-lebih penggunaan alat peraga bagi seorang guru Bahasa Jawa mutlak diperlukan agar konsep Bahasa Jawa yang abstrak akan diterima siswa dengan baik.

Baca juga:  Metode Index Card Match, Tingkatkan Prestasi Belajar PPKN

Dalam memahami teks cerita Ramayana lakon Resi Jatayu diperlukan alat peraga salah satunya “gambohyangramay” agar pemahaman dan ketertarikan siswa terhadap cerita wayang lebih cepat dan lebih baik. Meskipun sangat sederhana namun alat ini dapat digunakan menjadi alat peraga secara efektif.


Cara menggunakan “gambohyangramay” ini tidak jauh berbeda dengan gambar yang sudah ada, siswa hanya diminta menyebutkan dan mengetahui nama dari gambar tokoh wayang Ramayana, dan bercerita kembali menggunakan gambar wayang tokoh Ramayana dengan lakon Resi Jatayu. Pembelajaran diawali dengan memberi motivasi siswa dengan memberikan pertanyaan kepada siswa seputar cerita Ramayana, contohnya siswa disuruh menyebutkan nama tokoh wayang Ramayana serta perwatakanya. Selanjutnya guru menampilkan gambar wayang Ramayana dan peserta didik menyebutkan nama tokoh secara spontanitas. Selanjutnya secara berkelompok untuk diskusi nama tokoh wayang dan perwatakannya dan bercerita kembali berdasarkan penggalan tayangan wayang Ramayana. Semua gambar wayang yang tersedia ditampilkan oleh anak secara maju satu persatu dengan menyebutkan nama tokoh dan perwatakanya.

Baca juga:  JAS, Tingkatkan Keterampilan Menulis Teks Deskripsi

Dengan alat peraga ”gambohyangramay” ini siswa akan terlibat langsung dalam pembelajaran dan suasana pembelajaran lebih hidup sehingga siswa dengan sendirinya akan terpancing untuk terlibat dalam pembelajaran. Penggunaan alat peraga juga mengakibatkan siswa memahami materi dengan jelas. Mengingat fungsi alat peraga adalah mengkonkritkan materi-materi yang sebenarnya abstrak. Pada akhirnya siswa akan memahami cerita tokoh itu yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya.


Hidayati Nafi’ah, S.Pd
Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 1 Kaloran Temanggung