JATENGPOS. CO. ID, KUDUS-Lima santri Pondok Pesantren (Ponpes) Assa’idiyah Mejobo, Kabupaten Kudus, tenggelam di area persawahan blok Krapyak turut Desa Kirig, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jumat (15/3) pagi. Tiga santri di antaranya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Kepala Desa Kirig Aristiana Tejo Birowo saat dikonfirmasi membenarkan adanya kabar duka tersebut. Pihaknya menuturkan, sekitar pukul 07.00 WIB mendapat laporan ada lima anak tenggelam di area persawahan yang tergenang banjir. Kelima anak tersebut merupakan santri Ponpes Assa’diyah Mejobo.
‘’Dua anak tersebut selamat, dan tiga lainnya tenggelam,’’ ungkap Aris.
Diketahui, tiga santri yang ditemukan meninggal adalah FNW (14) warga Kecamatan Mayong, Jepara, MAH (16) warga Kecamatan Kayen, Pati, dan AF (15) warga Kecamatan Sukolilo, Pati. Sedang dua korban selamat yakni AR (16) warga Kecamatan Gajah, Demak dan IF (15) warga Kecamatan Sukolilo, Pati.
Salah satu saksi, Sutarman menuturkan, awalnya kelima santri itu terlihat membawa perahu sendiri ke arah persawahan yang banjir. Setelah beberapa saat, terdengar suara teriakan minta tolong. Sontak langsung mengejar dengan menaiki perahu ke tempat kejadian perkara (TKP).
‘’Sampai di lokasi hanya berhasil menyelamatkan dua orang karena sedang berpegangan bambu dayung perahu tersebut,’’ kata Dia.
Dikatakan, saat berusaha turun sempat menyenggol ketiga tubuh korban lain, namun sudah tidak ada lagi pergerakan. Karena perahu yang dibawa kecil, maka lebih dulu menyelamatkan dua korban selamat. Kemudian kembali ke lokasi bersama relawan dan polisi.
‘’Saat dievakuasi ketiganya sudah meninggal. Jaraknya berdekatan. Tapi kebetulan genangannya tinggi hampir 3 meter,’’ tandasnya.
Pantauan di lokasi, ketiga jenazah santri tersebut disucikan dan didoakan di kompleks makam Mbah Hamzah Krapyak, setelah dievakuasi.
Terpisah, Kepala SMK Assa’idiyyah, Mashuri saat ditemui menuturkan, informasinya setelah pembelajaran di pondok pukul 07.00 WIBm hendak mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah pukul 07.30 WIB.
‘’Sebenarnya sudah diingatkan agar jangan naik perahu milik warga,’’ terang Mashuri.
Hal serupa juga disampaikan Kepala MA Salafiyah Ahmad Said Mejobo, Safuan. Kelima santrinya itu sebelumnya telah dilarang oleh teman untuk tidak naik perahu. Namun mereka nekat pergi, dimana teman-temannya tengah mandi dan bersiap ke sekolah.
Saat ini pihaknya mengaku telah berkoordinasi dengan pihak keluarga, pemerintah desa maupun dengan kepolisian. Jenazah korban juga telah disucikan untuk kemudian dibawa ke rumah duka dan dimakamkan. (han/rit)