Keberadaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, mempunyai peran penting yaitu sebagai alat bantu yang akan mendukung keefektifan proses penyampaian pesan dan isi dari pengetahuan yang disampaikan kepada peserta didik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Azhar Arsyad dalam bukunya Media Pembelajaran (2011 : 15).Penggunakaan media pembelajaran bertujuan agar peserta didik dapat menyerap dengan baik ilmu pengetahuan yang diperoleh. Oleh sebab itu, pemilihan media pembelajaran harus tepat dan menarik sehingga peserta didik antusias mengikuti mata pelajarannya. Demikian juga dalam proses pembelajaran Seni Budaya perlu adanya media pembelajaran.
Mata pelajaran Seni Budaya tidak termasuk dalam Ujian Nasional, sehingga kebeadaan mata pelajaran ini seringkali dipandang sebelah mata oleh peserta didik. Banyak peserta didik yang tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran seni budaya. Fenomena ini terjadi pula di SMP Negeri 7 Wonogiri kelas VIIIE tahun pelajaran 2018/ 2019 pada KD merangkai gerak tari tradisional dengan unsur pendukung properti yang sering terlihat tidak bersemangat pada saat proses belajar seni budaya khususnya seni tari. Beberapa alasan yang mereka ungkapkan antara lain “tidak berbakat”, “tidak bisa”, “sulit”, dan lain sebagainya.
Melihat fenomena itu, maka sebagai pengajar seni budaya perlu mencari solusi yaitu penggunaan media dalam pembelajaran yang tepat dan menarik. Saat ini, materi seni budaya untuk kelas VIIIE, SMP Negeri 7 Wonogiri adalah Tari Pejuang. Tari Pejuang merupakan tari tradisional klasik yang bertemakan kepahlawanan dengan mengungkapkan karakter gagah, tegas, dan lincah. Tari ini dapat ditarikan oleh peserta didik putra maupun putri. Dalam Tari Pejuang diperlukan perlengkapan untuk menari berupa gendewa.
Gendewa mempunyai nama lain yaitu busur, panah atau jemparing, yang berguna untuk pelontar anak panah. Sedangkan Pejura adalah sebutan untuk penari sebagai pejuang remaja. Gendewa, biasanya berbahan kayu yang berbentuk setengah lingkaran dengan hiasan ukiran. Dalam perkembangannya, gendewa untuk menari dapat dibuat dengan bahan yang lain. Hal ini dibuktikan oleh pejura (pejuang remaja) kelas VIIIE, SMP Negeri 7 Wonogiri yang membuat gendewa dari bahan spon ati yang dirasa awet dan ringan.
Mulanya, para pejura menari Pejuang tanpa menggunakan gendewa dan terlihat kurang antusias. Melihat ini, pengajar seni tari berinisiatif untuk membuat perlengkapan menari. Mendengar itu, mereka sangat tertarik dengan rasa ingin tahu yang tinggi dan bertanya “namanya apa?”,” bahannya apa?”, “bagaimana cara buatnya?”, dan ”kapan membuatnya?”
Semangat untuk membuat gendewa ini merupakan salah satu bentuk perhatian peserta didik dalam mengikuti proses belajar seni tari. Meskipun mereka harus membeli bahan kemudian mengerjakannya secara kelompok. Proses pembuatan gendewa diawali dengan membuat pola yang digambar di atas lembaran spon ati. Kedua adalah memotong sesuai polanya dan merapikan bentuknya. Setelah rapi, dilanjutkan tahap pengecatan dan pengeringan. Warna cat dan hiasan seperti renda, manik-manik dapat ditambahkan sesuai dengan keinginan masing-masing kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan peserta didik untuk berkreasi pada perlengkapan menarinya.
Para pejura merasa bersemangat, bangga dan percaya diri saat menari dengan membawa gendewa hasil kreatifitasnya. Pejura juga berusaha menunjukan karakter gagah, tegas dan lincah dengan adanya gendewa di tangannya.
Dengan demikian, peran media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangatlah penting. Peserta didik akan lebih antusias dalam mempelajari sebuah pengetahuan apabila media pembelajaran yang dipilih tepat dan menarik sehingga menyenangkan. Selain itu juga memberi pengalaman hidupnya lebih berwarna dengan melibatkannya dalam pembuatan media tersebut.
LILIS WIDIYASTUTI,S.Sn
Guru Seni Budaya SMP Negeri 7 Wonogiri