Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis oleh seseorang. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula informasi yang didapatkan. Tidak hanya informasi yang ada dalam negeri namun juga informasi tentang dunia bahkan alam semesta. Membaca sangat diperlukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya untuk para pelajar. Membaca merupakan salah satu kegiatan dalam berliterasi. Literasi tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah.
Gerakan literasi sekolah adalah sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hidup. Kegiatan literasi ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca anak serta meningkatkan ketrampilan membaca. Gerakan literasi sangat banyak manfaatnya, salah satu keuntungannya adalah dapat melatih diri untuk dapat lebih terbiasa dalam membaca serta juga dapat membiasakan anak untuk dapat menyerap informasi yang dibaca dan dirangkum dengan menggunakan bahasa yang dipahaminya. Lebih jelasnya literasi merupakan suatu kemampuan untuk dapat mengunakan potensi serta keterampilan dalam mengolah juga memahami informasi saat melakukan kegiatan atau aktivitas membaca dan menulis. Gerakan literasi ini bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat mempresentasikan keteladanan, dunia usaha) dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dengan meningkatkan minat baca buku dapat membantu latihan otak secara maksimal daripada hanya menonton televisi atau mendengarkan radio. Seorang presiden direktur dari riset Haskins Laboratories yang bernama Ken Pugh, PhD mengatakan bahwa kebiasaan membaca buku dapat memacu otak untuk berpikir dan berkonsentrasi. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Rush University Medical Center menyatakan bahwa Seseorang yang menghabiskan waktu mereka untuk melakukan kegiatan kreatif atau intelektual seperti membaca mengalami tingkat penurunan kognitif hingga 32% daripada mereka yang tidak membaca dikemudian harinya. Membaca buku dapat meningkatkan minat baca dan membuat otak bekerja lebih efisien yaitu dengan mengubah struktur neuropathologies yang berkaitan dengan usia.
Literasi pada dasarnya mengacu pada kemampuan membaca dan menulis, kemampuan ini juga sudah bisa dilepaskan dari kemampuan menyimak dan berbicara. Dengan demikian literasi identik dengan kemampuan menyeluruh keterampilan berbahasa yang terdiri dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis, selain itu menambah pengetahuan, keterampilan serta kemampuan yang dapat membuat seorang anak itu memiliki kemampuan berfikir kritis, mampu juga untuk memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu juga berkomunikasi dengan secara efektif dan mampu untuk dapat mengembangkan potensi serta berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.
Bila seorang anak tidak mengalami pembudayaan dan pembiasaan membaca di sekolah, maka kemampuan dan kebiasaan membacanya hampir dipastikan tidak berkembang. Tanpa adanya kemampuan membaca, kemampuan menulis siswa tentu saja tidak akan tumbuh, dengan demikian kemampuan literasi harus menjadi jantung dari semua proses pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar. Kalau gerakan literasi dijadikan jantung pembelajaran, maka kami yakin budaya literasi akan betul-betul terbentuk tidak hanya terjadi pada anak melainkan masyarakat secara keseluruhan.
Pelaksanaan Gerakan Literasi di Sekolah memiliki tiga tahapan yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan dan tahap pembelajaran. Tahap pembiasaan gerakan literasi yaitu penumbuhan minat baca merupakan gerakan membaca buku di sekolah sudah diterapkan di SD kami yaitu SD Negeri Botodaleman, di Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo dengan cara mewajibkan murid-muridnya untuk membaca 15 menit sebelum pelajaran di mulai sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015. Adapun jenis buku yang akan dibaca para siswa bebas, asalkan mengandung muatan budi pekerti. Agar semua anak bebas membaca buku apa saja guna untuk meningkatkan minat baca. Namun, yang paling diutamakan adalah buku dongeng, karena buku dongeng bersifat menghibur dan mendidik. Dengan dilaksanakannya gerakan literasi di sekolah kami, sedikit demi sedikit minat anak meningkat, yang tadinya sebagian anak malas membaca mulai senang membaca dan harapan kami mudah-mudahan membaca menjadi kebutuhan bagi anak.
Erni Budi Hermini S.Pd
Guru SD N Botodaleman, Purworejo, Jawa Tengah