JATENGPOS.CO.ID, – Materi gerak lurus berubah beraturan merupakan salah satu konsep yang kompleks. Untuk dapat menguasahi konsep ini dibutuhkan siswa yang mempunyai kecerdasan yang memadai, motivasi yang cukup, kreativitas yang baik dan gaya belajar yang sesuai. Siswa yang mempunyai kecerdasan dan motivasi yang pas pasan akan lambat menguasai materi ini.
Materi Gerak Lurus Berubah Beraturan merupakan gabungan antara Gerak Jatuh Bebas ( GJB ) dengan Gerak Vertikal Aatas ( GVA ). Untuk dapat menggabungkan dua gerak diperlukan pengetahuan matematika cukup baik dan pendekatan pembelajaran yang tepat. Sedangkan rata-rata siswa memiliki pengetahuan matematika terbatas. Dari kondisi tersebut diperlukan pendekatan yang dapat agar pada saat belajar gerak lurus berubah beraturan lebih mudah.
Menurut David Ausubel belajar diklasifikasikan menjadi dua dimensi. Dimensi yang pertama berhubungan dengan informasi atau materi yang disajikan melalui peneriman atau penemuan. Dimensi yang kedua berhubungan dengan bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Struktur tersebut berupa fakta, konsep dari generalisasi yang diterima siswa. Sedangkan Menurut Trianto pembelajaran kontesktual didefinisikan sebagai “konsep mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata”. Pembelajaran kontekstual menantang siswa untuk menghubungkan konsep akademik dengan kehidupan sehari-hari dan merangsang siswa untuk berpikir kritis yang membuat pelajaran menjadi efektif dan bertahan lama.
Salah satu pendekatan yang mengaitkan informasi dengan struktur kognitif adalah pendekatan contektual learning (CTL(. Dengan pendekatan CTL akan membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata. CTL mendorong siswa membuat hubungan anatra pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. CTL memiliki tujuh komponen utama yaitu : kontruktivisme (Contructivism), Inkuiri (Inquiry), bertanya (quetioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian autentik (authentic assement).
Dengan menggunakan sintak CTL, tersebut siswa bisa menggabungkan konsep yang dulu dan informasi yang masuk sekarang. Pendekatan kontruktivisme siswa dapat menggabungkan pengetahuan yang dimiliki dengan informasi baru. Penggabungan konsep ini akan menimbulkan konsep baru yang lebih baik. Pendekatan inquiri siswa dapat melakukan percobaan untuk mendapatkan prinsip dan konsep.Prinsip dan konsep yang diperoleh dari hasl inquiri ini akan bermakna karena hasil pengamatan dan percobaan. Terbentuknya masyarakat belajar dapat dipakai siswa sebagai sarana diskusi dengan sesama pembelajar untuk dapat menjawab permasalahan yang timbul. Dalam masyarakat belajar siswa dapat bertanya, dan memberikan gagasan baik dengan teman sejawat atau dengan guru. Sedangkan dengan pemodelan siswa dapat bermain peran. Peran tersebut menyebabkan konsep dan prinsip yang diperoleh bertahan lebih lama. Sedangkan penialian autentik menyebabkan siswa termotivasi untuk belajar.Penilaian yang sesuai prinsip penilaian akan merekam semua kejadian kompetensi siswa saat belajar.
Materi gerak lurus berubah beraturan merupakan materi yang nyata. Siswa dapat mengamati bagaimana hasil dari gerak lurus berubah beratura yang dipelajari seacra langsung. Pengamatan langsung ini menambah motivasi siswa untuk belajar. Pengamatan ini membuat siswa dapat belajar gerak lurus berubah beraturan lebih konkrit. Pengamatan juga menyebabkan belajar lebih bermakna. Motivasi belajar inilah yang pada akhirnya siswa akan senang belajar. Perasaan senang menimbulkan minat belajar. Motivasi dan minat belajar membawa pada pembelajaran gerak lurus berubag beraturan lebih mudah.(*)
Ngadimin, S.Pd
Guru SMA Negeri 1 Sumberlawang