Pada kurikulum Bahasa Inggris maupun Sastra Inggris di semua jenjang senantiasa ada penguasaan teks – teks bacaan sebagai kompetensi dasarnya. Pada teks Narrative contohnya, siswa diharapkan telah menguasai beberapa jenis perubahan kata kerja sebagai prasyarat dalam menguasai teks Narrative. Permasalahan muncul karena salah satu perbedaan khas dari Bahasa Inggris dengan Bahasa Indonesia adalah adanya perubahan bentuk kata kerja yang terkait dengan waktu terjadinya atau dilakukannya suatu tindakan tersebut. Sebagai ilustrasi; pada Bahasa Indonesia untuk menggunakan kata kerja ‘mengajar’ akan tetap sama meski dengan keterangan waktu berbeda: saya sedang mengajar Bahasa Inggris, saya kemarin mengajar Bahasa Inggris, setiap hari saya mengajar Bahasa Inggris. Tidak akan berubah menjadi ‘hari ini saya mengajar Bahasa Inggris’, ‘saya sedang mengajaring Bahasa Inggris’, apalagi menjadi ‘saya kemarin mengajor Bahasa Inggris’. Tetapi dalam Bahasa Inggris perubahannya menjadi sangat signifikan. Kalimat tersebut jika digunakan dalam Bahasa Inggris menjadi, I am teaching English, I taught English yesterday, dan I teach English every day.
Kesulitan siswa dalam mencapai kompetensi dasar teks Narrative menjadi semakin bertambah ketika mereka harus pula menguasai dua jenis perubahan kata kerja, yaitu: Kata Kerja Beraturan (Regular Verbs) dan Kata Kerja Tidak Beraturan (Irregular Verbs). Berikut data penguasaan Regular dan Irregular Verbs siswa di SMA Negeri 3 Pemalang yang pernah penulis lakukan selama mengajar di sana antara lain, kelas XI Bahasa 1 rombongan belajar saja (50% RV dan 10% IrV; tahun 2009), Kelas X IPS semua rombongan belajar (rata-rata 50% RV dan 20% IrV; tahun 2014) dan tahun- tahun selanjutnya hampir tidak berubah dari kisaran 50% RV dan 23,5% IrV baik kelas XI MIPA (2017) dan kelas XII IPS untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Inggris ( 2014 s.d.2021) Menghadapi situasi tersebut membuat penulis senantiasa menguji kemampuan siswa pada penguasaan kedua hal tersebut bagi kelas yang pada saat kelas X ataupun baru pertama kali bertemu penulis selaku guru Bahasa maupun Sastra Inggris.
Pada awal penerapan pengujian kemampuan RV dan IrV siswa (RV: Regular Verbs dan IrV: Irregular Verbs) penulis hanya menggunakan Teknik Hafalan seperti biasa dengan maju ke depan. Hasil masih kurang memuaskan. Kemudian penulis menemukan model pembelajaran permainan Go Fish Go… Ketika pemerintah telah mencanangkan KTSP. Salah satu pendapat ahli yang penulis sepakati adalah Domke. Penulis sitasi dari artikel ilmiah tulisan dari Nurhayati dalam jurnal Dinamika Ilmu Vol. 15 No. 2 tahun 2015, yang berjudul “Improving Students’ English Pronunciation Ability through Go Fish Game and Maze Game”. Domke nyatakan dalam bukunya The Effectiveness of Learning Vocabulary Through Games (2003) bahwa siswa akan menyukai suasana yang rileks dan kompetisi serta motivasi belajar dikemas dalam bentuk permainan atau Game. (Nurhayati:2015)
Go Fish Go adalah games yang banyak melibatkan audio dan kinestetik siswa dan menjadi kombinasi ketiga visual-audio dan kinestetik ketika dibuat dalam bentuk kartu-kartu ikan yang beragam. Data penguasaan IrV siswa setelah diterapkannya Go Fish Go! sebelum mereka mempelajari teks Narrative menjadi: X IPS (4 kelas) rerata RV = 89,3% dan IrV = 85,3% (2013), XI IPA rerata RV = 90,3% dan IrV = 86,3% (2015) dan XII MIPA rerata RV = 94,3% dan IrV = 92,3% (2017).
Demikian penulis simpulkan bahwa Go Fish Go games efektif untuk tingkatkan penguasaan Irregular Verbs siswa di SMA N 3 Pemalang.
Oleh: Farina Dewi Citrawati, S.Pd
Guru Bahasa dan Sastra Inggris di SMA Negeri 3 Pemalang