JATENGPOS.CO.ID, PURWOKERTO – Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo (RSMS) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, pada Jumat meluncurkan aplikasi “#Watchdoc” dan “tt dik DePe” untuk mendukung peningkatan pelayanan.
Wakil Direktur Bidang Pelayanan dan Kerja Sama RSMS Purwokerto dr. Moh. Targib Alatas, Sp.B.S. mengatakan peluncuran aplikasi “#Watchdoc”, yang berbasis Android, ditujukan untuk meningkatkan profesionalisme dokter melalui penilaian kinerja dokter berkesinambungan sesuai visi rumah sakit dalam menyediakan pelayanan prima subspesialistik dan pendidikan profesi.
“Oleh karena itu, pengembangan pelayanan rumah sakit menjadi strategi utama dalam pencapaian visi tersebut. Sumber daya manusia profesional menjadi syarat utama untuk mendorong pencapaian visi rumah sakit,” katanya.
Dalam hal ini, kata dia, profesionalisme dokter menjadi cermin pelayanan sebuah rumah sakit yang memiliki fungsi memberikan pelayanan kesehatan.
Targib mengatakan aplikasi “#Watchdoc” merupakan sistem penilaian yang objektif dan berkesinambungan terhadap kinerja dokter.
Menurut dia, profesionalisme maupun kinerja dokter akan dinilai oleh banyak unsur, mulai dari teman sejawat, atasan, unit layanan terkait yang meliputi rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, dan bedah sentral, serta masyarakat melalui peringkat penilaian dokter.
“Aplikasi rating penilaian dokter ini telah kami luncurkan tahun lalu dan menjadi bagian dari aplikasi RSMS Online (pendaftaran secara daring). Pasien yang telah menjalani pemeriksaan dokter, secara otomatis akan diminta untuk memberikan rating kepuasan atas layanan yang diberikan oleh dokter tersebut,” katanya.
Ia mengatakan model penilaian dalam aplikasi “#Watchdoc” mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit, khususnya yang berkaitan dengan “On Going Professional Practice Evaluation (OPPE)”.
Menurut dia, aspek yang dinilai meliputi kepatuhan terhadap standar asuhan pasien, pengetahuan medis klinis, kemampuan komunikasi, praktik berbasis proses pembelajaran, praktik berbasis sistem, profesionalisme, dan perilaku.
“Kami berharap dengan diluncurkannya aplikasi ini adalah adanya penilaian kinerja dokter yang objektif, periodik, dan berkesinambungan sehingga pasien terlindungi dan ditangani oleh tenaga medis yang kompeten,” katanya.
Sementara aplikasi “tt dik DePe”, Targib menjelaskan, berkaitan dengan keberadaan RSMS Purwokerto sebagai rumah sakit regional di Jawa Tengah yang menjadi rujukan wilayah Jawa Tengah bagian barat dan selatan termasuk sebagian Jawa Barat dalam tiga tahun terakhir tingkat penggunaan tempat tidur rawat inapnya (Bed Occupancy Rate/BOR) rata-rata di atas 85 persen.
Dengan kondisi yang demikian, ia menjelaskan, perlu ada informasi ketersediaan tempat tidur yang akurat setiap waktu agar masyarakat bisa terlayani dengan cepat, tidak perlu menunggu lama saat akan harus dirujuk ke RSMS Purwokerto.
“Aplikasi ‘tt dik DePe’ menginformasikan tempat tidur kosong yang dikoneksikan dengan discharge planning (proses mempersiapkan pasien yang dirawat di rumah sakit agar mampu mandiri merawat diri pasca-rawatan),” katanya.
Ia mengatakan pada prinsipnya, saat pasien masuk rumah sakit dan telah tegak diagnosa maka sesuai dengan panduan praktik klinik dokter akan dapat direncanakan hari atau lama rawat dan rencana kepulangan oleh dokter.
Menurut dia, informasi tentang lama rawat sesuai dengan diagnosa tersebut dalam sistem akan dikoneksikan dengan informasi tempat tidur pasien sehingga dalam akan ditampilkan tempat tidur kosong, tempat tidur terisi, tempat tidur yang akan kosong H-1, dan tempat tidur yang pasiennya harus pulang pada hari H.
“Dengan informasi ini, maka masyarakat akan mendapatkan informasi yang akurat tentang ketersediaan tempat tidur,” katanya.
“Kalau aplikasi di rumah sakit lainnya hanya sekadar menginformasikan ketersediaan tempat tidur, sedangkan informasi yang disajikan aplikasi ‘tt dik DePe’ lebih rinci dan real time,” ia menambahkan.
Selain peluncuran dua aplikasi, manajemen RSMS Purwokerto pada Jumat (3/5) juga mulai memfungsikan gedung parkir kendaraan yang lokasinya berseberangan jalan dengan rumah sakit.
Gedung parkir lima lantai dengan kapasitas sekitar 300 kendaraan roda empat dan 700 sepeda motor yang dilengkapi dengan jembatan penyeberangan orang yang melintasi Jalan dr. Gumbreg tersebut dibangun lebih kurang selama satu tahun dengan anggaran Rp43 miliar. (jwn5/ant)