JATENGPOS.CO.ID, – Guru merupakan sebuah profesi yang sungguh sangat berat. Di pundak guru dibebani segudang tanggung jawab terhadap perubahan pengetahuan yang mengarah pada perilaku peserta didik menuju yang lebih baik. Berani jadi guru, harus berani pula menjalani segala konsekuensinya. Tidak sembarangan orang bisa menjadi guru. Ia harus orang yang tetap kukuh berdiri di atas segala kesulitan yang akan di hadapi dan selalu berusaha untuk mampu mengatasi setiap persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugasnya. Selain mengajar guru memiliki tugas utama untuk mendidik siswa. Mendidik berbeda dengan mengajar, bahkan jauh berbeda. Mendidik merupakan pekerjaan yang tidaklah mudah. Mendidik adalah suatu tindakan membuat manusia tak terdidik menjadi manusia yang mengerti keteraturan nilai, ketaatan sosial, dan kepaduan moral sehingga mampu berbaur   dengan tatanan masyarakat luas dengan kualitas hidup yang baik dan benar. Dengan kata lain artinya menjadi manusia terdidik.
Perjuangan dalam mempersiapkan murid – murid kearah masa depan banyak sekali rintangan. Kesulitan – kesulitan selalu datang setiap hari dan semakin berkembang. Rumitnya administrasi pembelajarn guru, pembagian tugas mengajar guru yang diberikan oleh sekolah, banyaknya waktu untuk mengerjakan tugas – tugas sekolah, dan lain sebagainya. Apalagi di era informasi digital yang semakin cepat dan simpang siur seperti ini. Guru dituntut lebih cepat memahami perkembangan siswa, baik perkembangan positif maupun perkembangan negatif. Begitupun ketika menghadapi siswa yang agak malas belajar, jarang mau mengerjakan tugas, kurang memperhatikan guru saat proses pembelajaran, sering bolos sekolah, sering terlambat sekolah, kurang menghargai guru, nakal terhadap teman – temannya, dan perbuatan negatif lainnya. Guru harus selalu memiliki ide dan mampu untuk mengatasinya. Bagaimanapun beratnya tugas seorang guru harus mampu menghadapi dan mengatasi rintangan – rintangan dengan bijak dan penuh cinta. Persoalan – persoalan diatas hanya sedikit persoalan yang harus ditanggung. Belum lagi persoalan diri, misalnya persoalan ekonomi, persoalan keluarga, dan lain sebagainaya. Semua itu juga dapat membuat seseorang guru tenggelam dalam kekalutan yang amat menyakitkan.
Kemampuan guru untuk mengendalikan diri sangat diperlukan pada era sekarang. Dapat dikatakan, guru tak lagi memiliki waktu berkeluh kesah, apalagi meratapi kesulitan-kesulitannya. Namun demikian, mengendalikan diri dan emosi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Walaupun kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan satu kesulitan, namun segera setelah itu datang berpuluh – puluh kesulitan. Apalagi jika setiap usaha untuk mengatasi rintangan selalu mengalami kegagalan. Putus asa, frustasi, dan semua pikiran negatif akan masuk dalam diri sehingga dapat merobohkan tonggak kuat jiwa seorang guru.
Kini saatnya bangkit! Tak ada waktu lagi untuk meratapi masalah. Guru harus berdiri kokoh untuk mengajarkan kabajikan kepada semua orang, termasuk siswa – siswanya. Guru harus menjadi bijak dan dituntut untuk memiliki kesabaran dan keikhlasan yang tinggi, sikap yang selalu menyejukkan, menjadi peneduh dan petunjuk bagi siswa – siswanya. Bahkan, seorang guru harus mengabaikan masalah yang sedang terjadi dalam dirinya, masalah yang sedang dialaminya, agar tetap menjadi pribadi yang meneduhkan dan mampu mengarahkan. Saat menghadapi siswa yang memiliki sikap negatif, hendaknya pendidik lebih sabar dalam mengenali sifat siswa – siswanya. Tak hanya itu, menjalin keakraban sangat diutamakan. Hal tersebut dikarenakan siswa akan merasa nyaman dan akan lebih mudah diarahkan. Dan ditutup dengan memberi penguatan pada perilaku positif anak agar pe
Guru merupakan sebuah profesi yang sungguh sangat berat. Di pundak guru dibebani segudang tanggung jawab terhadap perubahan pengetahuan yang mengarah pada perilaku peserta didik menuju yang lebih baik. Berani jadi guru, harus berani pula menjalani segala konsekuensinya. Tidak sembarangan orang bisa menjadi guru. Ia harus orang yang tetap kukuh berdiri di atas segala kesulitan yang akan di hadapi dan selalu berusaha untuk mampu mengatasi setiap persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugasnya. Selain mengajar guru memiliki tugas utama untuk mendidik siswa. Mendidik berbeda dengan mengajar, bahkan jauh berbeda. Mendidik merupakan pekerjaan yang tidaklah mudah. Mendidik adalah suatu tindakan membuat manusia tak terdidik menjadi manusia yang mengerti keteraturan nilai, ketaatan sosial, dan kepaduan moral sehingga mampu berbaur   dengan tatanan masyarakat luas dengan kualitas hidup yang baik dan benar. Dengan kata lain artinya menjadi manusia terdidik.
Perjuangan dalam mempersiapkan murid – murid kearah masa depan banyak sekali rintangan. Kesulitan – kesulitan selalu datang setiap hari dan semakin berkembang. Rumitnya administrasi pembelajarn guru, pembagian tugas mengajar guru yang diberikan oleh sekolah, banyaknya waktu untuk mengerjakan tugas – tugas sekolah, dan lain sebagainya. Apalagi di era informasi digital yang semakin cepat dan simpang siur seperti ini. Guru dituntut lebih cepat memahami perkembangan siswa, baik perkembangan positif maupun perkembangan negatif. Begitupun ketika menghadapi siswa yang agak malas belajar, jarang mau mengerjakan tugas, kurang memperhatikan guru saat proses pembelajaran, sering bolos sekolah, sering terlambat sekolah, kurang menghargai guru, nakal terhadap teman – temannya, dan perbuatan negatif lainnya. Guru harus selalu memiliki ide dan mampu untuk mengatasinya. Bagaimanapun beratnya tugas seorang guru harus mampu menghadapi dan mengatasi rintangan – rintangan dengan bijak dan penuh cinta. Persoalan – persoalan diatas hanya sedikit persoalan yang harus ditanggung. Belum lagi persoalan diri, misalnya persoalan ekonomi, persoalan keluarga, dan lain sebagainaya. Semua itu juga dapat membuat seseorang guru tenggelam dalam kekalutan yang amat menyakitkan.
Kemampuan guru untuk mengendalikan diri sangat diperlukan pada era sekarang. Dapat dikatakan, guru tak lagi memiliki waktu berkeluh kesah, apalagi meratapi kesulitan-kesulitannya. Namun demikian, mengendalikan diri dan emosi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Walaupun kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan satu kesulitan, namun segera setelah itu datang berpuluh – puluh kesulitan. Apalagi jika setiap usaha untuk mengatasi rintangan selalu mengalami kegagalan. Putus asa, frustasi, dan semua pikiran negatif akan masuk dalam diri sehingga dapat merobohkan tonggak kuat jiwa seorang guru.
Kini saatnya bangkit! Tak ada waktu lagi untuk meratapi masalah. Guru harus berdiri kokoh untuk mengajarkan kabajikan kepada semua orang, termasuk siswa – siswanya. Guru harus menjadi bijak dan dituntut untuk memiliki kesabaran dan keikhlasan yang tinggi, sikap yang selalu menyejukkan, menjadi peneduh dan petunjuk bagi siswa – siswanya. Bahkan, seorang guru harus mengabaikan masalah yang sedang terjadi dalam dirinya, masalah yang sedang dialaminya, agar tetap menjadi pribadi yang meneduhkan dan mampu mengarahkan. Saat menghadapi siswa yang memiliki sikap negatif, hendaknya pendidik lebih sabar dalam mengenali sifat siswa – siswanya. Tak hanya itu, menjalin keakraban sangat diutamakan. Hal tersebut dikarenakan siswa akan merasa nyaman dan akan lebih mudah diarahkan. Dan ditutup dengan memberi penguatan pada perilaku positif anak agar peserta didik selalu termotivasi untuk menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, guru harus memiliki empat karakter dasar yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Sebagai mana visi guru yang dirumuskan Ki Hajar Dewantoro, bahwa seorang pendidik itu hendak mempunyai kepribadian : di depan menjadi tauladan, di tengah membangun karsa, dan di belakang memberi dorongan, tutwuri handayani.
Rintangan berupa kesulitan hidup adalah hal sewajarnya. Melampaui semua masalah dengan penuh keikhlasan adalah suatu kewajiban, jangan hindari masalah, namun lampaui ia, karena semua masalah adalah cara Tuhan untuk menaikan kita pada level hidup selanjunya. Jika kita menghindari masalah, kita tidak akan naik kelas. Sebaliknya, jika kita menghadapi dan menyelesaikannya, Tuhan akan menaikkan derajatnya.
serta didik selalu termotivasi untuk menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, guru harus memiliki empat karakter dasar yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Sebagai mana visi guru yang dirumuskan Ki Hajar Dewantoro, bahwa seorang pendidik itu hendak mempunyai kepribadian : di depan menjadi tauladan, di tengah membangun karsa, dan di belakang memberi dorongan, tutwuri handayani.
Rintangan berupa kesulitan hidup adalah hal sewajarnya. Melampaui semua masalah dengan penuh keikhlasan adalah suatu kewajiban, jangan hindari masalah, namun lampaui ia, karena semua masalah adalah cara Tuhan untuk menaikan kita pada level hidup selanjunya. Jika kita menghindari masalah, kita tidak akan naik kelas. Sebaliknya, jika kita menghadapi dan menyelesaikannya, Tuhan akan menaikkan derajatnya.
MUNIRAH, S.Pd.
SMP N 1 KALIKAJAR
WONOSOBO