JATENGPOS.CO.ID, Akhir-akhir ini kita disuguhkan dengan maraknya kekerasan di dunia pendidikan. Seperti diberitakan di berbagai media, kasus tewasnya siswa kelas 3 SD di Sukambumi akibat berkelahi dengan temannya, kemudian di Lombok Barat terjadi kasus pemukulan terhadap sejumlah siswa yang kerap dilakukan oleh seorang oknum guru. Di Maluku penamparan empat siswi oleh seorang guru di Maluku yang terekam video. Kasus video kekerasan peristiwa adu tarung gladiator di Bogor yang menewaskan salah satu siswa menyedot perhatian. Dan peristiwa yang paling fenomenal adalah meninggalnya Pak Guru Budi ditangan siswanya sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 84% Siswa pernah mengalami kekerasan di sekolah (7 dari 10 siswa), 45% siswa laki-laki menyebutkan bahwa guru atau petugas sekolah merupakan pelaku kekerasan. Selain itu 40% siswa usia 13-15 tahun melaporkan pernah mengalami kekerasan fisik oleh teman sebaya, 75% siswa mengakui pernah melakukan kekerasan di sekolah, 22% siswa perempuan menyebutkan bahwa guru atau petugas sekolah merupakan pelaku kekerasan, dan 50% anak melaporkan mengalami perundungan (bullying) di sekolah.
Mengapa sering terjadi kekerasan di sekolah? Menurut Dina Haryana, ada lima alasan kekerasan di sekolah sulit diatasi, yaitu, pertama, anggapan yang masih ada diantara pendidik bahwa menghukum anak dengan kekerasan masih diperlukan untuk mendisiplinkan, kedua, Perlakuan sekolah yang tidak konsisten atas kekerasanyang dilakukan siswa kepada siswa lain, ketiga, Pemahaman tentang definisi kekerasan yang tidak merata, keempat, pemahaman tentang kebijakan-kebijakan yang ada tentang kekerasan di sekolah yang tidak merata dan kelima, kondisi di rumah yang tidak harmonis termasuk tekanan ekonomi.
Presiden Joko Widodo juga menanggapi adanya peristiwa kekerasan di sekolah. Menurut Presiden, pembangunan karakter manusia merupakan dasar yang perlu terus dilakukan guna mencegah hal tersebut terjadi. “Memang pembangunan karakter bangsa, pembangunan karakter manusia, pembangunan sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting dalam menjaga itu,” kata Presiden Jokowi usai meninjau embung Desa Oelolot, Rote Ndao.
Presiden juga mengatakan masalah anak merupakan tanggung jawab sejumlah elemen, mulai dari orangtua, sekolah, hingga masyarakat. “Saya kira kewajiban kita bersama orangtua, sekolah, pemerintah, masyarakat, untuk bersama-sama tanggulangi itu,” kata Presiden Jokowi. Namun, Jokowi juga melihat peran teknologi yang menurutnya menjadi salah satu bentuk intervensi yang secara tidak langsung mempengaruhi karakter bangsa.
Salah satu hal yang mendorong terjadinya kekerasan di sekolah dikarenakan siswa tidak mendapatkan kesenangan di sekolah. Guru-guru di sekolah belum mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Ketika rasa senang dan damai terjadi maka bisa dipastikan kekerasan tidak akan muncul. Untuk memunculkan rasa senang guru perlu menggunakan beberapa teknik atau trik yang membuat siswa tidak bosan dan sekaligus menyenangkan. Antara lain bisa menggunakan beberapa teknik berikut ini :
Pertama, Bermain Peran, teknik ini dapat diterapkan ketika mempelajari karya sastra. Misalnya menganalisi naskah drama, agar dapat menghayati karya sastra tersebut, siswa mempraktikan drama.Penerapan teknik ini untuk sangat mudah, kumpulkan beberapa siswa dalam satu kelompok. Lalu, pilihlah seorang sutradara dan lainnya menjadi pemain. Sutradara bertugas untuk memilih pemain dan mengarahkan mereka. Dengan demikian, seluruh siswa aktif dalam pembelajaran.
Kedua, Teknik Wawancara. Belajar melibatkan berbagai jenis keterampilan. Salah satunya berbicara. Teknik wawancara sangat cocok untuk memperlancar keterampilan tersebut. Cara menerapkan teknik ini siswa diminta berpasangan. Satu sebagai penanya dan lainnya penjawab. Kemudian, bergantian. Dengan teknik ini, siswa memahami teori wawancara dengan langsung mempraktikkannya. Lebih jauh lagi, siswa dapat mencoba praktik mewawancarai narasumber di luar sekolah. Bahkan, tokoh-tokoh penting di masyarakat.
Ketiga, Teknik Penyelesaian Masalah. Nah, teknik ini sangat cocok diterapkan untuk melatih siswa berargumentasi yang baik. Jenis materi yang dapat diaplikasikan dengan teknik ini adalah menulis tanggapan. Misalnya, siswa diberi rekaman tentang suatu permasalahan, kemudian siswa diminta untuk menulis tanggapan cara menyelesaikan masalah tersebut.
Keempat, Teknik Permainan. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang pengajar agar siswa tidak bosan di kelas adalah memberikan permainan. Permainan bisa juga digunakan sebagai salah satu teknik belajar untuk menguji pemahaman siswa terhadap suatu materi. Misalnya saja, belajar dengan permainan berbalas pantun. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, kemudian mereka saling berbalas pantun. Dengan teknik ini, siswa akan tertarik dan lebih berusaha membuat pantun kreasi sendiri. Ditambah dengan hadiah menarik, kelas akan makin semarak.
Terakhir, Teknik Pembelajaran di Luar Kelas. Sekali waktu mengajak siswa belajar di luar kelas akan membuat kesan yang mendalam bagi mereka. Misalnya, saat menulis puisi. Dengan pengawasan dari guru, siswa dapat mencari inspirasi dimanapun asalkan masih di dalam lingkungan sekolah. Di bawah pohon rindang di taman atau lapangan sekolah misalnya.
Teknik belajar tersebut mengarahkan siswa sebagai pusatnya. Guru sebagai fasilitator yang membuat konsep pembelajaran, mengawasi, dan mengonfirmasi hasil belajar siswa. Siswa tidak hanya diberi ceramah dan soal-soal. Mereka mempraktikkan materi pelajaran secara langsung. Hal yang tidak kalah penting adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Jika siswa senang, minat belajar akan meningkat sehingga anak lebih memahami pelajaran. Selamat belajar!
Ari Imanda, S.Pd.SD.
Guru SD N Nyatnyono 01, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang