JATENGPOS.CO.ID, KENDAL – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta kabupaten/kota di Jateng yang masuk zona merah Corona agar menyiapkan lokasi karantina tiap kecamatan. Hal itu agar karantina tidak terpusat di tingkat kabupaten.
“Daerah kota/kabupaten yang masuk zona merah harus siapkan lokasi karantina per kecamatan. Langkah ini untuk warga yang mengalami gejala ringan, sedangkan yang mempunyai gejala tinggi langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan,” kata Ganjar saat melihat kondisi warga yang menjalani isolasi mandiri di Kelurahan Karangsari, Kabupaten Kendal, Sabtu (19/6).
Sementara itu terkait kunjungannya ini, Ganjar melihat kondisi warga satu kampung di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Kendal Kota, yang menjadi klaster takziah. Ganjar yang bersepeda didampingi Bupati Kendal Dico Ganinduto sempat berdialog dengan warga yang menjalani isolasi.
Ganjar mengatakan, warga yang menjalani isolasi mandiri di Kelurahan Karangsari ini sangat banyak. Sehingga langkah antisipasi pemerintah daerah dengan melokalisir agar tidak terjadi penularan sudah tepat.
“Kalau ini bukan lagi banyak tapi uakeh banget (banyak sekali) karena satu gang saja ada 87 orang yang positif. Langkah antisipasi pemerintah daerah sudah tepat dengan melakukan pencegahan, namun yang terpenting adalah warga tetap mematuhi protokol kesehatan,” jelasnya.
Dengan terjadinya lonjakan positif COVID-19 ini, Ganjar berani berasumsi bahwa penularan yang sangat cepat dan banyak ini diakibatkan varian baru Corona.
“Saya tadi sudah berbincang dengan bupati bahwa kita harus berasumsi bahwa penyebaran COVID ini karena varan baru sehingga benar-benar harus siaga. Jika ada kesulitan tempat tidur, alat kesehatan dan tenaga kesehatan pemerintah propinsi siap membantu,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi langkah Pemkab Kendal dengan mendirikan dapur umum yang memberikan makanan kepada warga yang menjalani isolasi mandiri. Dengan demikian semangat gotong royong dan Jogo Tonggo masih terjaga dan meringankan warga yang menjalani isolasi mandiri.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kendal Ferinando Rad Bonay mengatakan, sebelum melihat kondisi warga satu kampung yang isolasi mandiri, Ganjar mendatangi Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC). RSDC ini disiapkan untuk mengantisipasi lonjakan pasien Corona.
“Pak Gub bilang secara umum pengelolaan di RSDC sudah baik namun gubernur minta lantai atas yang belum terpakai segera disiapkan dan ditempati sebagai persiapan dan mengantisipasi melonjaknya pasien COVID,” kata Ferinando, usai mendampingi Gubernur Jateng dan Bupati Kendal.
Terkait arahan Ganjar agar daerah yang masuk zona merah menyiapkan karantina per kecamatan, Ferinando mengaku sudah melakukan survei ke sejumlah tempat.
“Kita melihat bangunan sanggar kegiatan belajar (SKB) di Cepiring layak untuk dijadikan tempat karantina jika terjadi lonjakan COVID di Kendal karena jumlah kamar banyak dan ada kamar mandi di dalam,” jelasnya.(udi)
Sementara itui Bed occupancy rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan pasien Corona (COVID-19) di 8 daerah di Jawa Tengah ini disebut mencapai 90 persen. Daerah mana saja?
“Secara keseluruhan di Jawa Tengah (tingkat keterisaan tempat tidur pasien Corona di rumah sakit rujukan) saat ini sekitar 70-an persen. Ada 8 yang tinggi, dari Sragen, Karanganyar, Brebes, Kabupaten Tegal, Kudus, Demak, Jepara, kemudian Rembang itu yang tinggi keterisiannya, itu sekitar 90 persen,” ungkap Kasi Pelayanan Kesehatan Rujukan Dinas Kesehatan Pemprov Jateng, Atin Suhesti, kepada wartawan di sela mengunjungi RSU Islam Boyolali, Jumat (18/6).
Namun, jelasnya, BOR ini akan bergerak terus naik turun. Jika ada yang sembuh maka akan pulang dan otomatis BOR berkurang. Demikian juga jika ada pasien yang masuk lagi, BOR akan bertambah.
“Tapi yang namanya BOR akan bergerak terus, jadi tidak sama,” ujar Atin.
Atin mengatakan sesuai arahan Gubernur Jateng, untuk mengatasi masalah Corona di Jawa Tengah bisa dilakukan oleh masing-masing kabupaten/kota.
“Salah satunya di Kabupaten Boyolali ini, memang dipersiapkan adanya rumah sakit darurat untuk membantu menyelesaikan masalah COVID yang sudah melonjak di masing-masing rumah sakit yang ada sekarang, dengan keterisian BOR-nya sudah lebih dari 60 persen. Standarnya kan 60 persen, kalau sudah melebihi dari itu berarti sudah mulai kita warning untuk persiapan strategi penambahan TT (tempat tidur) di masing-masing rumah sakit,” kata Atin.
Tempat yang akan dijadikan Rumah Sakit Darurat COVID-19 di Boyolali yaitu RSU Islam (RSI) Boyolali, yang saat ini belum beroperasi. RSI tersebut saat ini masih dalam proses perizinan untuk izin operasi sebagai rumah sakit umum tipe C.
“Karena RSI ini juga baru dan diharapkan bisa segera membantu untuk penambahan tempat tidur yang ada di Kabupaten Boyolali. Sesegera mungkin (operasional),” ujarnya.
Masih ada beberapa catatan yang diberikan Dinkes Jateng ke RSI sebagai RSD COVID-19. Seperti penyekatan untuk tiap bangsal perawatan pasien Corona guna meminimalisir paparan. Pasalnya, ruang isolasi pasien Corona berbeda dengan ruang perawatan pasien umum.
Sedangkan dari segi sumber daya manusia (SDM) dan tenaga kesehatan (nakes) sudah terpenuhi. SDM juga dibekali dengan pelatihan terutama dalam penanganan di ruang ICU, isolasi dan ibu hamil serta melahirkan yang terpapar COVID-19.(dtc/udi)