JATENGPOS.CO.ID, – Perkembangan dunia pendidikan di negara kita semakin menuntut peserta didik untuk semakin meningkatkan kualitas mereka, salah satunya dengan semakin meningkatnya sarat kelulusan siswa sekolah menengah tingkat atas (SMA). Selain mengacu pada nilai kelulusan (aspek akademik), pendidikan nasional kita juga sedang menjadikan pendidikan nilai-nilai (karakter) sebagai isu yang sedang diperbincangkan. Dua hal tersebut, yaitu peningkatan kualitas akademik dan pendidikan nilai-nilai menjadi tujuan dalam pembelajaran di sekolah.
Agar peserta didik memiliki tujuan yang jelas dan motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran diperlukan usaha oleh pendidik. Salah satu usaha tersebut adalah dengan menggunakan hypnomotivasi pada pembelajaran di sekolah. Dengan cara ini peserta didik diajak untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonalnya, yaitu mengenali diri (kesadaran diri). Kesadaran diri ini akan membawa pada perumusan tujuan diri dan pembentukan motivasi diri dalam melakukan aktivitas, khususnya motivasi dalam belajar.
Hypnomotivasi berasal dari kata Hypnosis dan Motivasi. hypnosis adalah suatu kondisi pikiran saat fungsi logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar (sub–conscious) (Fachri 2009). Sedangkan motivasi dalam Asrori (2007) diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut, maka yang dimaksud penulis tentang hypnomotivasi adalah menumbuhkan motivasi atau dorongan pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan dengan menggunakan kekuatan otak bawah sadarnya (sub–conscious).
Hypnomotivasi merupakan cara memotivasi dengan menggunakan pikiran bawah sadar (otak kanan). Motivasi selama ini yang dilakukan di dalam proses pembelajaran di sekolah umumnya adalah motivasi dengan menggunakan otak kiri (pikiran sadar). Dalam proses hypnomotivasi, otak kanan berpikir dengan gambar/image. Gambar/image berhubungan dengan keindahan (artistik) dimana keindahan bersifat kualitatif dan melibatkan perasaan dan emosi. Sedangkan pada motivasi otak kiri, otak berpikir dengan bahasa dan logika tanpa melibatkan perasaan. Proses berpikir otak kanan yang didukung dengan perasaan akan membentuk ingatan yang lebih kuat sehingga kesadaran motivasi yang muncul pada diri individu akan tersimpan lebih lama.
Kegiatan hypnomotivasi dilaksanakan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: (1) Menciptakan relasi dengan siswa. Yaitu dengan melakukan komunikasi awal dengan siswa yang akan dikenai hypnomotivasi, mulai dibangun kepercayaaan siswa kepada guru sehingga komunikasi akan lebih terbuka. (2) Penemuan tujuan diri. Pada tahap ini penulis menggunakan metode NLP (Neuro Linguistic Programming) untuk membantu siswa untuk menemukan tujuan diri. Guru membimbing siswa untuk merumuskan tujuan diri. (3) Penguatan. Setelah siswa menemukan tujuan diri, guru menanyakan kembali apakah tujuan diri tersebut adalah tujuan yang benar-benar diinginkan oleh siswa. (4) Kesadaran usaha (motivasi). Untuk mencapai tujuan diperlukan usaha dan kerja keras. Pada tahap ini siswa dibimbing untuk termotivasi dalam meraih tujuan. (5) Mengolah hati. Kunci motivasi dengan otak kanan adalah menggunakan hati/perasaan. Pada tahap ini individu dilatih/dikondisikan agar perasaannya lebih peka. Dalam tahap ini digunakan bantuan multimedia agar siswa cepat tersentuh hati/perasaannya, dengan menampilkan gambar dan memperdengarkan musik kepada siswa. (6) Menciptakan Alphamatik. Pada tahap ini individu di induksi atau dibawa masuk ke kondisi bawah sadar dimana otak dalam kondisi gelombang alpha atau tetha. Seperti juga pada tahap mengolah hati, pada tahap ini juga digunakan multimedia untuk memunculkan efek yang akan menghasilkan gelombang alpha atau tetha pada otak pendengarnya. (7) Menanam afirmasi. Setelah individu/siswa berada dalam keadaan alphamatik, siswa mengafirmasikan hal yang ingin dicapainya dalam bentuk susunan kata atau kalimat yang jelas. (8) Memainkan visualisasi. Proses individu memasukkan memori ke dalam pikiran bawah sadar dan merupakan tahap yang paling penting. Individu harus mampu menggambarkan apa yang diinginkannya dalam bentuk gambar atau kejadian sedetail-detailnya, misalkan warna. (9) Menabur Keyakinan. Tahap ini membawa perasaan/feeling untuk sepenuhnya menyakini bahwa yang divisualisasikan tersebut akan menjadi kenyataan. (10) Mengembangkan syukur. Rasa syukur inilah yang menurut hukum The law of attraction akan menarik tujuan/keinginan ke diri kita menjadi kenyataan.
Oleh: Anas Padri Astanta, S.Pd, M.Pd
(Guru PPKn SMA Negeri 3 Purworejo)