JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN– Bupati Semarang, Ngesti Nugraha menegaskan jika saat ini Pemkab Semarang terus berusaha mendorong agar petani milenial semakin bertumbuh di Kabupaten Semarang.
Hal itu dikatakan oleh Ngesti Nugraha, dikarenakan angka petani muda (milenial) di Kabupaten Semarang hanya dikisaran angka 11 persen saja, dan sisanya sekitar 77 persen merupakan petani yang sudah memasuki usia 40 tahun lebih.
“Memang kami akui sulit sekali mengajak anak-anak muda menjadi petani milenial, karenanya mekanisme pertanian kita ini harus segera dikembangkan dan beralih ke pertanian moderen, supaya satu diantaranya mampu memikat anak-anak muda menjadi petani milenial di era saat ini,” ungkap Ngesti Nugraha, kemarin.
Alasan lain untuk segera mengganti mekanisme sistem pertanian ke arah moderan ini, juga dikatakan Bupati Semarang itu karena adanya lahan persawahan yang menganggur seluas 14 Hektare (Ha) di wilayah Bergas Kidul, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
“Ditambah lagi di wilayah Kecamatan Pabelan ini juga terjadi kelangkaan petani muda. Oleh sebab itu, dengan adanya beberapa fenomena ini, kami Pemkab Semarang bersama Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan (Dispertanikap) akan menguatkan penerapan strategi pertanian moderen,” bebernya.
Disebutkan oleh Bupati Semarang itu, jika pada tahun 2024 ini, Pemkab Semarang menganggarkan sekitar Rp 2 miliar dari dana APBD Kabupaten Semarang yang akan diperuntukan membeli empat paket alat mesin pertanian (alsintan) terpadu.
“Diantaranya ada mesin tanam padi, lalu juga ada mesin pembersih gulma, penyemprot pupuk seperti drone khusus untuk menyemprotkan pupuk karena pakai drone ini satu jam penyemprotan bisa untuk 10 Ha lahan, dan mesin pemanen. Semuanya serba moderen, dan alsintan ini akan dimanfaatkan oleh petani di Kecamatan Bawen, Ambarawa, Tuntang, dan Banyubiru,” imbuh dia.
Dan di tahun mendatang, rencananya hal serupa akan diterapkan, dan akan dibagikan di petani di tujuh kecamatan lainnya, diantaranya Bergas dan Pabelan.
“Hal ini juga ditambah faktor bentuk lahan persawahan di Kabupaten Semarang ini yang tidak memanjang, namun melebar diharapkan dengan alsintan moderen ini nantinya selain bisa benar-benar bermanfaat untuk petani, juga bisa menarik anak-anak muda menjadi petani milenial karena alat-alatnya sudah moderen, juga bisa meningkatkan produksi hasil panen para petani di Kabupaten Semarang,” tegasnya.
Ia juga menambahkan saat ini demonstration plot (demplot) untuk beralih ke pertanian moderen tersebut diberikan secara gratis kepada masyarakat, khususnya anak-anak muda.
“Dan nanti setelah demplot atau metode penyuluhan pertanian ke anak-anak muda ini sudah berjalan bagus, dan diterima, sehingga bisa menarik anak-anak muda jadi petani milenial, maka selanjutnya Pemkab Semarang akan bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), diharapkan bisa selanjutnya bekerjasama dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan),” tukasnya. (muz)