26.5 C
Semarang
Senin, 7 Juli 2025

Perajin Tradisional Bandungan Kenalkan Dekorasi Janur dan Filosofi

JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN– Fungsi janur dalam berbagai acara budaya mulai terpinggirkan. Kebanyakan masyarakat mulai mengganti janur dengan bunga, baik asli maupun imitasi, sebagai bahan untuk dekorasi.

Padahal, janur yang telah dirangkai memiliki berbagai filosofi untuk menyokong ke arah kehidupan yang lebih baik.

“Seperti janur yang dirangkai menjadi keris, pecut, atau kembar mayang, itu ada maknanya,” kata Artha Puspita Trisnano, praktisi pembuat janur, di Balai Desa Jetis Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Kamis (25/7/2024).

“Sehingga pelatihan ini tak hanya soal cara merangkai janur tapi juga pendukung dekorasi. Dan yang utama, mengenalkan fungsi janur serta filosofinya kepada generasi muda,” kata Puspita.

Menurut Puspita, janur yang dirangkai dalam bentuk kembar mayang dan dicampur dengan buah dan sayur, berarti rumah tangga dengan berbagai dinamikanya. Sementara keris, berarti menjaga keamanan dan penjor, artinya, sambutan selamat datang dan biasa digunakan untuk kegiatan budaya.

Baca juga:  Kasus Dugaan “Uang Perkara”, LCKI Jateng Kembali Datangi Polres Semarang

Puspita mengakui, jumlah perajin janur saat ini terus berkurang karena peminat kerajinan janur untuk dekorasi tidak sebanyak dulu.

“Ini kan karena tak kenal maka tak sayang. Sehingga semangat pelatihan ini juga kembali mengenalkan tentang kerajinan janur ke masyarakat umum juga,” paparnya.

“Kalau untuk stok janur, kita tidak pernah khawatir karena Indonesia ini kan negara tropis. Jadi turunan dari palma dan lontar masih banyak ditemui, ini harus digunakan untuk melestarikan budaya asli nusantara,” kata Puspita.

Guru SMA Kanisius Bhakti Awam Ambarawa Nurhayati mengajak lima muridnya untuk mengikuti latihan merangkai janur.

“Kita mengajarkan kepada murid sekaligus mengenalkan wajah budaya Nusantara. Selain belajar tentu juga bertujuan melestarikan kerajinan berbahan janur,” ungkapnya.

Baca juga:  Mbak Ita Siap Support Pj. Gubernur Jateng

“Harapan kami tentu agar kerajinan janur ini tidak hilang. Hiasan berbahan janur ini kan sangat bagus, apalagi bisa dikombinasikan dengan bahan lain,” kata Nurhayati.

Sementara Jibena, siswi kelas XII SMA Bhakti Awam Ambarawa asal Timiki Papua, mengaku baru pertama merangkai janur.

“Ini kelihatannya susah tapi menyenangkan. Selain belajar membuat, saya jadi tahu kekayaan budaya Indonesia itu sangat beragam,” paparnya. (muz)

TERKINI

Rekomendasi

Lainnya

Diminati Barcelona & Liverpool

2.180 Batang Rokok Ilegal Disita