JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Kesehatan telinga dipengaruhi oleh tiga faktor yakni genetik, pola hidup, dan penyakit kronis. Data yang ada menunjukkan usia terpapar penyakit telinga semakin muda. Bila data awal seseorang mengalami ganguan pendengaran itu mulai usia 60 tahun, Namun saat ini banyak anak muda yang sudah mengalami gangguan telinga dan pendengaran.
Dr. Novi Primadewi Dosen di bidang telinga hidung tenggorok serta bedah kepala dan leher serta konsultan di bidang Neurootologi UNS mengatakan bahwa pencegahan lebih baik daripada pengobatan, terutama dalam menjaga kesehatan pendengaran.
“Menjaga kesehatan telinga itu mudah, cukup menerapkan aturan 60-60, yaitu tidak mendengarkan musik lebih dari 60 menit dengan volume tidak melebihi 60%, guna mencegah kerusakan pendengaran akibat paparan suara berlebihan.” kata Dr Novi, pembicara talk show di Ruang Parang Kusumo, Gedung Nusa Indah Lt. 3, RSUD Dr. Moewardi Solo, Jumat, (28/02/2025)
Talk show digelar memperingati World Hearing Day 2025, kolaborasi Perhati-KL, RSUD Dr. Moewardi, Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Komnas PGPKT memgambil tema “Ubah Pola Pikir: Wujudkan Kesehatan Telinga dan Pendengaran untuk Semua”.
Talkshow ini dipandu oleh dr. Pandu Wicaksono dengan narasumber Dr. dr. Novi Primadewi dan dr. Bayu Basuki Wijaya, Sp.PD(K)Ger, M.Kes.
“Acara ini menghadirkan talkshow bertajuk “Bersih-Bersih Telinga dan Pemeriksaan Pendengaran”, yang juga diisi dengan sesi pemeriksaan audiometri dan donasi alat bantu dengar (ABD) bagi lansia yang membutuhkan.” kata Ketua Perhati-KL Solo, dr. Putu Wijaya Kandhi.
Dr Putu menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari agenda tahunan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan pendengaran, khususnya bagi lansia. Menurutnya, banyak lansia yang mulai mengalami gangguan pendengaran, tetapi tidak menyadari dampaknya terhadap kualitas hidup mereka.
“Banyak lansia yang merasa putus asa akibat gangguan pendengaran. Padahal, dengan pemeriksaan rutin dan penggunaan alat bantu dengar, mereka masih bisa menikmati hidup dengan lebih baik,” ujar dr. Putu.
Dari 59 lansia yang menjalani pemeriksaan, sebanyak 24 orang layak menerima alat bantu dengar dari Perhati-KL Solo.
Sementara itu, dr. Ikhwan Hamzah, Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Dr. Moewardi, menyebutkan bahwa program ini sangat mendukung layanan kesehatan langsung bagi masyarakat.
“Kami menekankan pentingnya pemeriksaan pendengaran secara berkala, terutama bagi lansia yang memiliki riwayat penyakit metabolik seperti diabetes dan hipertensi.” imbuh Ikhwan.
Melalui acara ini, diharapkan semakin banyak lansia yang peduli terhadap kesehatan telinga dan pendengaran mereka, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan interaksi sosial mereka sehari-hari. (dea)