Berbagai kisah seperti kisah syekh Barshisha ulama yang terjebak bujuk rayu iblis, kisah ulama yang kalah melawan setan karena mengharapkan kompensasi uang, kisah mujahid, ulama, dan dermawan yang masuk neraka, kisah ulama yang memiliki amalan seperti matahari tetapi ketika mau naik pintu langit keempat ditolak oleh malaikat penjaga langit, kisah dahsyatnya kekuatan ikhlas, dan kisah Buya Hamka dengan dengan jawabannya, “Kita memang hanya akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari”. Dari berbagai kisah di atas bahwa keikhlasan seseorang sangat penting dalam berniat dan beramal terlebih seorang guru.
Dalam sebuah Hadits Qudsi, Rasulullah SAW bersabda: “Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, ‘Aku telah menanyakan hal itu kepada Allah’, lalu Allah berfirman, ‘(Ikhlas) adalah salah satu dari rahasiaku, yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku”–Hadits Qudsi. Ikhlas merupakan ruh badan (manusia). Ikhlas merupakan amalan yang dilakukan mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hanya mencari ridha Allah SWT.
Mengapa banyak guru yang tidak berhasil meningkatkan status diri mereka menjadi seorang pendidik. Mereka terpaku dalam melaksanakan aspek pengajaran dalam melaksanakan tugas mereka sehari-hari. Seorang guru yang melandasi pekerjaannya karena tuntutan profesi dan menjadikan Allah sebagai faktor yang sangat dipertimbangkan dalam mengajar maka akan lebih mapan dan bermakna bagi anak didiknya. Setiap kegiatan atau pekerjaan yang dijalankan dengan hati ikhlas, akan membuahkan hasil yang maksimal yang jauh lebih baik, yaitu guru tulus mengajar, siswa ikhlas belajar dan cerdas. Karena dilandasi dengan ketulusan hati dan tidak menganggap pekerjaan sebagai suatu beban.
Guru yang mempunyai keikhlasan dalam mengajar, mendidik, dan belajar memiliki semboyan hidupnya “sebaik manusa adalah yang bermanfaat bagi manusia lain”. Dalam keikhlasan, muncul kreativitas yang membantu guru dalam membantu siswa mencapai tujuan.
Jadi yang perlu dilakukan adalah bahwa niat atau keinginan untuk dipuji, bahkan pamer ini benar-benar kita jauhkan dari diri kita semua (sepi ing pamrih) atau tidak ada tendensi lain kecuali karena Allah SWT. dan juga mau berlatih sungguh-sungguh untuk menjadi orang ikhlas. Hanyalah dengan sikap seperti ini akan lahir tindakan mendidik yang jujur dan lurus, yang tidak membingungkan, tidak menakutkan dan tidak pula menyesatkan.
Guru yang ikhlas dalam kegiatan pembelajaran akan nampak dari sikapnya yang selalu mengajar dengan penuh semangat akan mengayomi semua siswanya, akan sabar mengantarkan siswa-siswinya menuju cita-citanya, bekerja atas panggilan jiwanya, akan gembira apabila siswa-siswi asuhannya mencapai kesuksesan.
Efektif itu artinya mencapai target yang ditetapkan dalam rencana dengan menetapkan kriteria target dan guru melakukan pengukuran pencapaian. Pembelajaran efektif juga dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dianggap efektif jika siswa terlibat secara aktif melaksanakan tahapan-tahapan prosedur pembelajaran, mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu. Dari segi hasil, dianggap efektif jika tujuan pembelajaran dikuasai siswa secara tuntas serta dapat memberikan perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Bentuk perubahan dari hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dari uraian di atas bisa diambil sebuah kesimpulan bahwa seorang guru perlu mempersiapkan diri secara lahir batin agar menjadi guru yang bisa diteladani dan mampu menciptakan pembelajaran efektif, didiklah siswa dengan sebaik mungkin dan ikhlas agar mereka bisa menjadi manusia berkarakter, handal dan terampil dan berwawasan luas di segala bidang, sebagai penerus bangsa yang bisa meneruskan kembali perjuangan bangsa.
DASTRO, S.Pd.I
Guru SD Sumurpanggang 2 Tegal